Defect, anomali...and perspective

6 Januari 2018

On 12.31 by anya-(aydwprdnya)   No comments
Tentang seorang perempuan yang membuat segalanya terlihat mudah.

Ini aneh sekali. Aku merasa sedih untuk alasan yang bahkan tidak menempatkan aku pada subyek kesedihannya sendiri. Mungkin inilah mengapa sebuah hubungan bisa sangat berbahaya. Aku mengerti empati, tapi kali ini aku gagal menahannya di batas aman sesaat sebelum ia berubah menjadi simpati. Kemudian aku mulai menunjukkan afek sedih dan merasa sendiri. Dan orang yang lebih pantas sedih, rasanya juga pantas mengutukiku dalam hati. 

Ya, orang ini.  
Kami saling mengenal belum terlalu lama. Jika seumpama bayi, hubungan kami bahkan belum berbicara, kira-kira sudah bisa tegak kepala. Situasi yang mendekatkan kami, kondisi yang mensyaratkan kami bertemu hampir setiap hari. Untuk setiap pertemuan dan perkenalan, organ pencernaan kita biasanya memberikan firasat apakah akan menjadi pertemuan tanpa faedah, berujung teman, atau berakhir lebih dari sekadar teman. Aku sendiri tidak yakin dengannya, tapi bagiku sendiri, aku tahu kami akan saling membutuhkan sejak mengenalnya pertama kali.

Tentu aku tahu banyak cerita superfisial tentangnya, begitu juga sebaliknya. Kami juga mulai saling mengerti apa yang membuat kami berbeda, apa yang serupa. Hal yang aku suka adalah aku bisa sesuka hati mengambil peran sebagai kakak dari adik perempuan (satu-satunya adik kandungku adalah lelaki, jelas tidak bisa didandani), bahkan mungkin tanpa ia setujui. Hal lainnya lagi adalah aku juga merasa bebas menunjukkan kemanjaan yang menjadi-jadi karena setiap aku butuhkan, voila! ia berubah jauh lebih mandiri. 

Kami melewati banyak gradasi emosi; senang, sangat senang, hiper-senang, kesal, sedih, terharu...juga aku banyak membagi perasaan dan ekspresi dari segala masalah hidup yang kalau boleh jujur, aku harap ia lupakan begitu saja. Hal-hal memalukan, segala drama, pertanyaan hidup, hingga momentum minim emosi saat kami di ruangan yang sama; aku membaca dan ia menonton drama Korea. Melewati tetek bengek tersebut, tiba-tiba hadir emosi yang sulit dibagi dan lebih parahnya tidak bisa aku pahami...aku sedih, dimana seharusnya tidak. Argh. Maaf karena aku malah jadi emosional.


Ada lagi yang aku suka darinya. Ia adalah seorang perempuan yang melihat masalah dengan mudah. 
Aku sering merasa bersalah karena jika kami tersesat (yang pasti karena aku) ia selalu nrimo, katanya, nggak apa..masih mending tersesat berdua. Haha..

Aku malah membuat tulisan ini terdengar seperti perpisahan, padahal maksudku tidak demikian. Aku hanya, seperti yang ia juga tahu, kadang sulit mengungkapkan emosi secara frontal. Ketahuilah, aku tidak menangis di malam setelah bertemu denganmu, kalaupun iya, itu karena aku terlalu banyak belanja. Hai, teman main, teman belanja, adik kecil, obyek foto, suplier cemilan, mamak bawel, manusia yang tidak peka, orang (yang heran deh) tidak suka tahu, si bunga kecombrang, it won't be any help here, but please remember, mimpi dan impian itu selalu ada, ini hanya tentang seberapa betah kita menari sambil menutup mata. 

Love. Love.

0 comments:

Posting Komentar