Defect, anomali...and perspective

26 Mei 2014

On 08.02 by anya-(aydwprdnya) in , ,    No comments

Terimakasih untuk jalan sesat dan membingungkan.
Terimakasih untuk belokan nan tajam.
Batuan terjal, jurang curam.
Simpangan yang memanjang.
Juga,
didih aspal yang makin lama makin tak hitam.

Apa kita memang diajarkan untuk tak menoleh ke belakang?
Entah memungut kembali jejak yang tertebar,
atau dedaunan kering terlalu pedih saat tertinggalkan.

Jangan lupakan debu-debu!
Dengan mengaburkan pandangan ia memaafkan.
Dengan menempel di sela jengkal ia mengingatkan.
Hai, empunya cerita!
bahkan salah satu dari kita masih belajar; meminta maaf dan mengukir ingat.

Petang dan petang.
Penanda siang yang kunjung kan datang.
Salam terakhir untuk jalan sesat dan membingungkan.
Kala aku melihatmu memetakan waktu.
Kala aku mengenalmu melenterakan rindu.

[Rumah tercinta, 26 Mei 2014]

18 Mei 2014

On 18.14 by anya-(aydwprdnya) in ,    No comments
Ada masa untuk mencari kawan. Ada saat kehilangan teman. Banyak yang bertahan, secara harfiah kita namai sahabat. Bagiku, ini bukan tentang waktu, sebagaimana opini publik yang menyatakan bahwa waktu bersifat ambigu; menguatkan sekaligus membikin usang. Apa memang benar waktu menggerogoti pondasi dari relasi yang kita bangun sejak lama? Apa bukan tentang bahan apa yang kita gunakan untuk membangunnya?
Apapun, aku senang kita masih tetap saling meluangkan waktu untuk bersama.

"Hei, kamu dimana?"
"Aku lapar."
"Ketemu, yuk!"

"Aku juga lapar."

Secara kebetulan, salah satu diantara kita selalu ada untuk lainnya.

***


On 09.39 by anya-(aydwprdnya)   No comments
Just an explainable lovely book. It so yesterday, but with today love, forecasting the upcoming chapters. My special book...

Kitab? Bahkan aku pun tidak mengerti mengapa aku memilih kata itu. Mungkin karena diksi semacam itu mengesankan kesakralan, sesuatu yang selama ini kita simpan hanya dalam ruang sempit yang berhawa agamis dan beberapa yang historis. Atau lainnya, mungkin karena aku memilih untuk melihat rangkaian testimoni di halaman terakhir sebagai suatu penghargaan, suatu bentuk yang dalam keterbatasan kita lebih sering hadir dalam bentuk kertas-kertas piagam atau trofi yang memang ditujukan untuk melambungkan keangkuhan manusiawi kita.

Tapi bila ini terlalu sakral, maka akan segera dilarang.
Bila terlalu tinggi harganya, maka akan segera hilang. Dicuri orang.
Maka tanpa mengurangi kedua maksud di atas, dirimu pun buku, yang kuingat sebagai salah satu kata pertama yang mampu kueja saat aku belajar membaca.