Defect, anomali...and perspective

2 Februari 2014

On 03.11 by anya-(aydwprdnya)   No comments

Sejak subuh tadi tiba-tiba notifikasi dari blog ini datang bertubi-tubi lewat email. Sebelumnya tidak seintens itu. Baru sadar juga halaman-halaman ini terlihat semakin lapuk. Sepertinya ini pertanda untuk mulai "melirik" kekosongan ini untuk ditulisi lagi.

Mungkin ini repetisi dari gaya lama, memulai dari sebuah pertanyaan.
Apa sih rasanya menang? Apa sih rasanya kalah? Apa kedua rasa itu harus selalu berbeda?
Ups, ternyata kita memulainya dengan tiga pertanyaan.

1. Memaknai kemenangan.
Mungkin ini bahasan menang dalam bahasan yang lebih luas dari sekadar peringkat pertama di sekolah, menang lotere, atau mengalahkan point semua teman dalam game online. Kemenangan juga adalah aliran darah yang bertambah deras saat kita terlalu bersemangat namun di saat yang sama berhasil mengendurkan tonus pembuluh darah sehingga semangat tidak terlalu merusak saat meledak. Atau kemenangan juga bisa kehangatan hati saat berhasil mencapai target harian. Macam-macam. Lalu rasanya? Manis. Selalu manis. Yang berbeda hanya kadar gula, kadang juga beda index glikemiknya.

2. Menerima Kekalahan.
Dibandingkan dengan hal yang pasti manis macam kemenangan, hal yang terkesan getir (apalagi yang dialami oleh orang lain) selalu lebih menarik. Kekalahan juga bukan sekadar kebalikan dari menang. Bukan sekadar nilai raport yang turun, kalah taruhan, atau pertarungan tidak imbang akibat koneksi internet lag.
Haha, untuk yang satu ini sebenarnya pengertian yang diperoleh dari pengalaman kalah yang justru datangnya dari salah satu jabaran di atas. Bisa dibilang itu adalah kekalahan pertamaku, sepele, turun peringkat sekolah. Lha, terus? Aku sedih, terluka, menyalahkan semua orang (instead of blaming myself, silly!), overreacted. Bertahan beberapa minggu dalam keadaan itu, dan akhirnya seperti luka pisau dapur, menutup dengan sendirinya walau tetap meninggalkan bekas. (Ilustrasi dibuat tanpa penggunaan produk regenerasi kulit).

Lalu apa rasanya kalah?
Manis.

Plot twisted. Kekalahan pertama yang pernah aku alami bukan akhir cerita. Selanjutnya, berkat naungan zodiak Virgo dan Shio Kuda, aku sering mengalami kekalahan-kekalahan berikutnya. Mungkin pengaruh fengsui juga, terkadang kekalahan datangnya bak kereta api. Kekalahan semakin banyak, momentum kemenangan aku akui tidak sesering kekalahan itu sendiri. Lucunya, dalam periode itulah aku merasakan kemenangan dalam status paling adiktif. Paling manis.

Aku bukan hanya pengejar kemenangan. Aku juga cinta kekalahan. Aku suka adrenalin tambahan yang aku dapat saat kalah. Aku suka endorfin yang keluar dari baret dan luka saat kalah. Semuanya menciptakan rasa yang lain, manis.

Tiga pertanyaan untuk hari ini sangat banyak ya..
Kemenangan akan kurang manisnya bila tak pernah merasakan kekalahan.
Begitupun kekalahan bisa-bisa menjemukan. Yah, siapa yang betah kalah terus-menerus.

Ini gara-gara seorang kawan mengungkit luka lama kekalahan yang hampir-hampir aku lupakan.
Sejujurnya aku belum puas menang. Di saat yang sama aku merindukan kekalahan.

0 comments:

Posting Komentar