Defect, anomali...and perspective

9 Maret 2012

On 07.53 by anya-(aydwprdnya) in , ,    No comments
Belakangan ini hari-hariku antara lowong dan tidak. Officially, saat ini aku sedang bebas tugas masa kuliah. Di saat yang berbahagia dan seharusnya padat karya (karya tulis dan lomba sebelum nanti waktuku semakin terjepit waktu koas), aku malah sangat-sangat-sangat tidak produktif. Contohnya saja malam ini. Di sela sedikit kepuasan karena berhasil (di detik-detik terakhir) menyelesaikan sebuah paper untuk ASC Paper Competition, pikiranku malah menerawang nun jauh beberapa bulan ke belakang. Seperti biasa, ada memori, ada cerita.



Saat itu aku sedang duduk di window seat dalam penerbangan menuju Soekarno-Hatta. Aku lupa itu penerbanganku yang keberapa dengan maskapai penerbangan yang sama. Maskapai dengan layanan penerbangan yang masih bisa dijangkau anak kost, namun sayang akhir-akhir ini malah terlibat isu yang sedikit membuatku kecewa. Entah apa aku akan memilih maskapai yang sama untuk penerbanganku berikutnya. Namun ini bukan cerita tentang maskapai penerbangan yang pilotnya terjerak kasus obat terlarang, karena aku di sekitar bulan keempat 2011 itu, tenang dan duduk manis di sebelah jendela kecil yang hanya memberiku lapang pandang pulau Bali yang semakin mengecil terganti dengan awan putih yang akhirnya benar-benar memisahkanku dengan rumah. Itu bukan penerbangan pertamaku, dan aku sudah hapal estimasi waktu penerbangan hari itu akan begitu membosankan. Untuk mengambil buku yang terlanjur aku taruh dalam tas di atas kabin, aku enggan. Saat itulah aku berinisiatif membunuh waktu dengan membaca majalah terbitan maskapai itu sendiri, membaca banyak artikel, hingga sampai pada halaman yang berjudul KILOMETER NOL.

5 Maret 2012

On 22.39 by anya-(aydwprdnya) in    No comments
Ini adalah tulisan pertama yang rencananya akan dijadikan satu dalam sebuah kompilasi "My Quality Times". Tulisan ini adalah hasil observasi, riset kecil-kecilan, dan tuangan pengalaman hidupku dalam beberapa tahun terakhir. Subyektif? Jelas. Namun aku menggaransi integritas, keterbukaan, dan generalitas dalam tulisan ini. Materi? Yah, seperti biasa, referensi yang aku gunakan mayoritas berasal dari pengalaman pribadi dan testimoni.
Enjoy my write, define and enjoy your own quality time.

Pillow Talk: A Series of My Quality Times
Perasaan manusia itu rapuh. Pikiran manusia juga rapuh. Kadang kita bahkan tidak dapat membedakan yang mana perasaan dan yang mana adalah buah pikir. Semacam kebingungan dimana kita berusaha mengenali isyarat dan kata hati (sering disamakan dengan naluri atau insting), namun justru lebih banyak mendengar gaung berulang di kepala. Di luar per definisi keduanya sama atau tidak, aku katakan mereka rapuh. Perasaan yang teralihkan, pikiran yang melupakan, dan kenangan yang disamarkan adalah beberapa contoh dari betapa rapuhnya perasaan dan pikiran itu. Bisa dikatakan, tubuh manusia memiliki mekanisme defensif yang spesifik demi bertahan dari ancaman yang berpotensi mengganggu eksistensi perasaan lurus dan pikiran terang. Contoh: ada dorongan kuat untuk melupakan profil mantan kekasih yang sempat membuat kita merasa tersakiti, yang biasanya diiringi dengan logika untuk menjauhkan benda-benda duniawi terkait.