Defect, anomali...and perspective

17 Mei 2015

On 09.35 by anya-(aydwprdnya)   No comments

Suatu sore di poliklinik umum,
Seorang Bapak (SB) : "Saya mau berobat, tapi saya ada alergi obat. Sekalian aja dikasi obat alergi."
Aku : " Bapak keluhannya apa?"
SB : " Batuk pilek, Dok. Inget saya ada alergi, tambah obat alergi."
Aku : " Bapak alergi obat apa saja?"
Istrinya Bapak (IB) : "Banyak dia alerginya Dok. Biasanya di dokter Anu, langsung dikasi obat. Sudah hapal dokternya sama suami saya." ( mulai nyolot)
Aku : "Tapi Bapak baru pertamakali kesini ya Pak..Bu.. Saya belum tahu Bapak ada alergi apa saja. Sebaiknya kalau memang ada riwayat alergi, Bapak punya catatan obat apa saja yang alergi, catatannya disimpan yang rapi, kalau berobat kemanapun harap diperlihatkan agar tidak diberikan obat-obat tersebut."
IB : "Jadi suami saya nggak dapet obat disini?" (Mulai teriak)
SB: " Saya alergi antibiotik, obat panas, obat pilek. Minum obat-obatan itu gatal. Tapi sekarang saya sakit, kasi aja obat pilek, tambahin obat alergi."
Aku : "Mohon maaf, Bapak, Ibu. Sebelumnya saya jelaskan, reaksi alergi itu tidak bisa diprediksi. Tidak selalu hanya gatal dan merah kulit. Bisa sesak, bengkak, hilang kesadaran, sampai syok. Itu yang ingin kita hindari. Saya tidak bisa memberikan obat yang dengan kecurigaan bapaknya alergi." (Nada disabar-sabarin).
IB : "Udah Pak, gimana sih dokternya, kita bayar tapi nggak mau dikasi obat. Pelayanannya kok jelek gini!"  (Terus minggat dari poliklinik)
Aku : "..." (ngelus dada)

Suatu sore menjelang malam di UGD
Seorang Ibu (SI) : "Tolong Dok, kenapa nih anak saya??" (Nada panik)
Anak Seorang Ibu (ASI) : (Kelopak mata bengkak, kulit merah-merah, garuk-garuk tapi kalem.)
Aku : "Kenapa bisa ada keluhan gini anaknya, Bu?"
SI : "Nggak tahu, tiba-tiba kayak gini. Sebelumnya anak saya sakit gigi, gusinya sakit, terus dikasi resep sama dokter gigi. Setelah minum obat jadi kayak gini." (Sambil menunjukkan obat Ibuprofen)
-----------Aku dan tim medis UGD memberikan penanganan sesuai protokol reaksi alergi---------------
SI : "Gimana sih apoteknya, kok saya malah dikasi obat yang bisa bikin alergi.
Aku : "Begini Bu, alergi terhadap obat bisa terjadi pada siapa saja. Apalagi sebelumnya tidak pernah ada riwayat jelas mengenai alergi pada anak Ibu."
SI : "Dokternya juga gimana kok anak saya diresepkan obat yang kayak gini?"
Aku : "Ibu..obat jenis ini, Ibuprofen, merupakan obat yang sangat umum digunakan. Tidak ada yang tahu sebelumnya mengenai alergi terhadap suatu obat kecuali sudah pernah mengalami reaksi alergi terhadap obat tersebut atau sudah dilakukan tes alergi. Saya sendiri tidak akan tahu bila Ibu ada alergi obat tertentu."
SI : "Terus saya harus gimana? Saya harus nyalahin siapa sekarang anak saya seperti ini?"
Aku : "Sekarang kami tangani gelaja alergi yang dialami anak Ibu sesuai prosedur. Selanjutnya Ibu harus mencatat alergi yang dialami anak Ibu, kemanapun berobat harap diinformasikan agar tidak diresepkan obat yang memiliki kandungan yang sama. Nanti penghilang nyerinya saya ganti Parasetamol ya.."
SI : "Parasetamol anak saya alergi juga."
Aku : (--.--)" *hmm..

Hari lain, UGD pagi-pagi
Ibu Muda (IM) : "Mata saya bengkak habis minum neuralgin tadi."
Suami Ibu Muda (SIM): "Dia sakit kepala, terus minum obat yang itu."
Aku : "Sebelumnya sudah ada alergi obat?"
SIM : "Ya itu, alergi antalgin."
Aku : "Lha, terus kenapa minum obat itu lagi?"
IM : "Ya..soalnya sakit kepala. Setelah minum itu sakit kepala ilang."
Aku : "......" *speechless. Ya, sakit kepala ilang, bengkak iya.

*   *   *

Tidak banyak yang mengerti, alergi merupakan reaksi aktivitas pertahanan tubuh yang berlebihan menanggapi suatu agen. Bisa terjadi pada siapa saja, terutama pada orang dengan riwayat atopi sebelumnya. Dapat disebabkan oleh agen apapun; obat, makanan tertentu, debu, serat kain, bahan kulit dan karet, dan lainnya, tidak terbatas. Reaksinya sangat bervariasi. Mulai dari kulit kemerahan, gatal, mata bengkak, sesak, penurunan tekanan darah, reaksi berat dimana kulit melepuh (baca SJS), hingga syok yang berujung pada kematian.

Alergi, jangan disepelekan.
Alergi, bukan semata-mata tanggung jawab tenaga kesehatan Anda.
Alergi, tolong sekali diingat sebagai catatan pribadi.

Dokter Anda bertemu dengan ratusan orang setiap hari. Anda tidak percaya bahwa dua belah otaknya akan menyimpan setiap data yang ditemui, bukan?

Dengan mencatat dan mengingat riwayat alergi Anda, maka Anda sudah membantu diri Anda sendiri.

Terimakasih.

0 comments:

Posting Komentar