Defect, anomali...and perspective

26 April 2017

On 10.48 by anya-(aydwprdnya) in ,    No comments

Pagi hari kemarin, burung kecil menoreh kedua kaki kecilnya,
Dengan tiga sayatan nyaris simetris,
Darinya meleleh darah semi kental nan amis
Ia dengar engkau menyenangi warna merah yang manis.

Pagi tadi, burung kecil meroket menukik di udara,
Melupakan pedih luka setengah menganga,
Mendaratkan cintanya pada sunyi beningnya jendela,
Ia yakin engkau di sana, menyukai hiburan dari balik kaca

Seharian ini, burung kecil mengabaikan setiap biji bulir padi,
Mengacuhkan getir asam perut menabuh bunyi,
Sebelum itu membawanya mati, ia bermimpi tangan hangat akan menenangkan resah hati.

Sayangnya engkau tak peduli. Darah, sunyi, bunyi, liar, lapar...burung kecil tak jua mati.
Perut kosongnya tak kunjung membisu,
Sampai saat ia menelan segenggam mesiu. 
Ia yakin engkau menggemari kembang api, maka sembari terbang ia meledakkan warna dan warni.

Nyaris. 
Kecuali bahwa tiada yang peduli pada kembang api di senja hari.

Kini, entah kepingan hari yang mana,
Burung kecil rampung mencabuti bulunya, 
Kemudian mengenakan jubah rambut serigala.

Apa kini engkau melihatnya? 
Seekor serigala mengaum sendu dalam sedihnya. 

[Kontemplasi rasa: pecinta yang patah berkali-kali, pendosa pada satu dari banyak hari, perasa dengan sensitivitas tinggi, juga garis sedarah yang seharusnya enyah saja dari atmosfer bumi.]
27 April 2017