26 Desember 2018
[8/30] THE WINDOW SCENERY
I am a night owl, everybody who knows me knows that. I am also in between medium and light sleeper, means I don't do that 8 hours long of the night sleep. The beauty of those two combined is my morning situation must be one of this: either it would be a good-mood-and-ready-to-rock morning or a-just-kill-me-dead-face one. There is nothing in between.
When I was still living most of the time at my parents’ house, I moved between three bedrooms. The first in the middle was the room I used together with my sister when both of us were below 12, and it has a couple of wood framed windows facing to the south with the view of our middle yard. Then, I was getting older, the house got renovated, I switched the room with my granny. The second room was with higher windows on the west side. Nothing much too see from there, only the small aisle separating the main building of our house with our ‘merajan’ (the household temple for prayer). The third room, was the one at the east wing of the house, actually was my brother's but since I was mostly staying at the next city, I preferred to sleep there when I went home. Its windows have a stunning morning scenery because those allowed the morning sun rays entering the room from the east and if I opened the curtain, right outside there are mango and mangosteen trees. Yes, the morning view from the window matters to me. That's why living in the boarding room at Denpasar for years (since 2008) during university life was a little bit frustrating. Not only the tinny space full of my overwhelming stuff but also that there was no proper window with a pretty scene in my dreams.
My current room at this student house is quite acceptable when it comes to the window scenery department. One hefty window, facing south (a little bit south-west, I think), and as a standard German window which I find fancy, it may widely open on its sides, or it can be slide fort and back to sustain the air circulation. Since I have been a renter of this room for an exact one year (yeah, time flies: I am older, my friends are married, and Pokemon Go has released so many new features), this window scenery has never disappointed me. There are a couple of big trees right outside my window, and they were pretty colorful during autumn last year. Then on some winter days, I could spend hours watching the white on heavy snowy days. The best of the best was the quickie spring a few months ago, I had my very own cherry blossoms attraction (figuratively, at least it felt like that). Summer maybe not the best season to describe, it's super warm lately, and the window position is inviting the heat to come through in and trap it like forever. Additionally, there is ongoing construction work around the house that doesn't really help with the temperature. However, if there's this chance to open the window to see those pretty sweating workers abs every single day, for free,... I think I can bear this free sauna.
It's summer, be happy!
***
Bagi mereka yang telah lama mengenalku, mesti tahu bahwa aku tipe orang yang produktif di malam hari. Aku suka tidur (siapa yang tidak?) tapi aku bukan tukang tidur. Setidaknya bukan tukang tidur malam yang perlu durasi tidur malam delapan jam ke atas. Dua hal tersebut jika dikombinasikan adalah definisi dari situasi pagiku yang entah: bersemangat-segar-ceria-dan-siap-melawan-dunia atau mode-zombie-bunuh-saja-aku. Tidak pernah di antaranya.
Di rumah orang tua, ada setidaknya tiga kamar yang pernah aku kuasai. Yang pertama adalah kamar ruang tengah yang dulunya aku tempati berdua dengan Mbok Tu, kakakku, sampai salah satu dari kami berumur 12 (yang pastinya adalah Mbok Tu). Kamar pertama ini punya dua jendela berbingkai kayu yang pemandangan luarnya adalah sebagain halaman belakang rumah kami. Seiring dengan aku yang bertumbuh, rumah kami sempat direnovasi, dan aku bertukar kamar dengan Mbah, nenekku. Jendela di kamar ini agak jauh lebih tinggi dan tidak banyak yang bisa dilihat selain jalan kecil yang membatasi bangunan rumah dengan merajan kami. Kamar ketiga adalah kamar di sayap timur yang sebenarnya adalah kamar adikku yang sering aku invasi tiap kali pulang. Kamar ini memiliki jendela yang menghadap ke timur, menjadikan pemandangan pagi terbaik yang mungkin ditawarkan sebuah jendela. Juga jika tirainya dibuka, salam hangat dari lambaian daun pohon mangga dan manggis di luar sana. Ya, pemandangan dari jendela adalah penting bagiku. Karenanya, tinggal di rumah kost di Denpasar sejak 2008 sampai lulus kuliah, sampai kemudian bekerja lumayan membuatku frustrasi. Selain kamar sempit yang aku isi paksa dengan barang yang seabrek, juga tidak ada jendela dengan pemandangan yang aku idamkan.
Aku cukup beruntung karena kamar apartementku saat ini sangat bisa diterima dalam hal pemandangan jendela. Hanya satu jendela besar di sisi selatan agak ke barat daya. Layaknya jendela standar Jerman lainnya (yang masih sering membuatku tercengang), jendela ini juga punya beberapa fitur buka: bisa dibuka lebar dari salah satu sisinya, bisa dibuka kecil di sisi atas, dan bisa juga digeser-geser kiri-kanannya. Satu tahun di sini (cepat yah: waktu berlari, teman menikah, Pokemon Go sudah banyak fitur barunya) pemandangan dari jendela ini belum pernah mengecewakanku. Ada dua pohon besar di luar kamarku yang berwarna-warni indah pada bulan-bulan pertama aku pindah musim gugur tahun lalu. Saat musim dingin, walaupun tak sesering itu, menonton salju yang berjatuhan sembari menyelipkan kaki dekat pemanas ruangan adalah hal terbaik yang bisa dilakukan lewat jendela ini. Yang terbaik lainnya adalah atraksi pohon sakura a.k.a cherry blossom yang serasa milik pribadi di musim semi nan singkat kemarin. Sekarang musim panas, pemandangan jendela tidak semenyenangkan itu, posisi jendela ini sangat mengundang hawa panas masuk ke dalam dan memerangkapnya hingga malam. Ditambah lagi, pekerjaan konstruksi yang berlangsung di sekitar rumah tidak membantu sama sekali dalam hal menurunkan temperatur. Bagaimanapun, aku melihat sisi baiknya, jika ada kesempatan membuka lebar jendela dan disambut perut-perut rata berkeringat milik abang-abang pekerja, saban hari tanpa dipungut biaya...aku akan mencoba bertahan dengan sauna gratis ini.
Selamat menikmati panas,
Selalu ceria ^^
A.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Search
Popular Posts
-
Akhir-akhir ini aku sering sulit tidur (bukan cuma akhir-akhir ini saja sih..). Mengisi jam-jam sulit tidur, jadilah yang aku lakukan adalah...
-
“Seseorang dapat menyempatkan diri mengunjungi Meksiko Utara dan bersedia menunggu 20 tahun demi melihat sekuntum Queen Victoria Agave me...
-
Raksha Bandhan (Bengali: রাখী বন্ধন Hindi: रक्षा बन्धन) is also called Rakhi Purnima (রাখীপূর্ণিমা) or simply Rakhi or "Rakhri"...
-
Aku tidak seindah itu hingga mematrikan deretan milestones demi menandai setiap checkpoint dalam hidupku. Mungkin bila aku melakukannya, sua...
-
Hari kemarin musik saya mati, saya sedih karena saya pikir saya tidak akan bisa menikmatinya lagi. Tapi ia meninggalkan sebuah kotak, da...
Recent Posts
Categories
- [EARGASM]
- 30Hari Bercerita
- Ahmad Wahib
- Aktivitas
- Bahasa
- Barcelona
- Birokrasi
- BYEE
- Cerita Dari Negeri Lain
- Co-ass
- Easy-Aci Exploring the World
- Event
- Ex-Berliner
- Family
- Fiksi Tapi Bukan
- Friendship
- Germany
- Golden October
- Inspirasi
- Japan
- Jerman
- Journey to the West
- Karya
- KKM
- Koas
- Kontemplasi
- Menulis Random
- Movie
- Puisi
- Quality Time
- Refleksi
- Romansa
- Serba-serbi
- Song of the Day
- Sweet Escape
- T World
- Tragedy
- Travel
- Trip
- Tulisan
- Urip Iku Urup
0 comments:
Posting Komentar