8 Juni 2015
On 18.19 by anya-(aydwprdnya) in Menulis Random No comments
Tidak ada satu pun makhluk di bumi yang membenci pagi. Tidak ada.
Pagi adalah penawaran terbaik pertama yang dapat diperoleh dengan cuma-cuma setiap hari.
Bersamaan dengan itu, pagi adalah satu-satunya kebohongan yang sama-sama kita percaya.
Langit biru, udara segar, garis-garis cahaya, dan berbagai kepelikan yang disisipkan dengan elok di balik awan-awan kapas. Lucunya, kita semua terpesona dan justru mengaguminya. Padahal guratan di langit itu adalah kekesalan yang sama yang kita umpat di siang hari, kekecewaan yang sama yang kita hina di belahan hari yang bukan pagi.
Hanya demi pagi, badan-badan lelah menengadah demi sinar milik matahari. Tentu saja, kita percaya doktrin metabolisme vitamin D yang bersimbiosis dengan bintang terbesar di galaksi kita. Percaya walau tak kasat mata, seperti halnya dengan kepercayaan kita pada hal besar lainnya.
Hanya untuk pagi, paru-paru jutaan umat mengembang lebih luas, kalau mungkin maka melebihi kapasitas ruang dada. Ya, pastinya karena kini kemewahan seperti udara pagi pun berlaku dengan batas waktu. Karenanya, maka secara logika, pohon pun harusnya mencintai pagi.
Hanya ada satu kebohongan yang sama-sama kita percaya. Dan itu adalah pagi.
Satu-satunya yang enggan dipunguti walau berguguran mati
Satu-satunya yang tidak ingin diingat namun berjanji selalu menjadi pengawal hari
Satu-satunya yang tak pernah meminta diulang namun selalu datang kembali.
Begitulah pagi. Aku jatuh cinta lagi.
Pagi adalah penawaran terbaik pertama yang dapat diperoleh dengan cuma-cuma setiap hari.
Bersamaan dengan itu, pagi adalah satu-satunya kebohongan yang sama-sama kita percaya.
Langit biru, udara segar, garis-garis cahaya, dan berbagai kepelikan yang disisipkan dengan elok di balik awan-awan kapas. Lucunya, kita semua terpesona dan justru mengaguminya. Padahal guratan di langit itu adalah kekesalan yang sama yang kita umpat di siang hari, kekecewaan yang sama yang kita hina di belahan hari yang bukan pagi.
Hanya demi pagi, badan-badan lelah menengadah demi sinar milik matahari. Tentu saja, kita percaya doktrin metabolisme vitamin D yang bersimbiosis dengan bintang terbesar di galaksi kita. Percaya walau tak kasat mata, seperti halnya dengan kepercayaan kita pada hal besar lainnya.
Hanya untuk pagi, paru-paru jutaan umat mengembang lebih luas, kalau mungkin maka melebihi kapasitas ruang dada. Ya, pastinya karena kini kemewahan seperti udara pagi pun berlaku dengan batas waktu. Karenanya, maka secara logika, pohon pun harusnya mencintai pagi.
Hanya ada satu kebohongan yang sama-sama kita percaya. Dan itu adalah pagi.
Satu-satunya yang enggan dipunguti walau berguguran mati
Satu-satunya yang tidak ingin diingat namun berjanji selalu menjadi pengawal hari
Satu-satunya yang tak pernah meminta diulang namun selalu datang kembali.
Begitulah pagi. Aku jatuh cinta lagi.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Search
Popular Posts
-
Akhir-akhir ini aku sering kehilangan alat tulis (pulpen, bolpoin, dan sebangsanya). Ini menyebalkan karena keseharianku sekarang menjadika...
Recent Posts
Categories
- [EARGASM]
- 30Hari Bercerita
- Ahmad Wahib
- Aktivitas
- Bahasa
- Barcelona
- Birokrasi
- BYEE
- Cerita Dari Negeri Lain
- Co-ass
- Easy-Aci Exploring the World
- Event
- Ex-Berliner
- Family
- Fiksi Tapi Bukan
- Friendship
- Germany
- Golden October
- Inspirasi
- Japan
- Jerman
- Journey to the West
- Karya
- KKM
- Koas
- Kontemplasi
- Menulis Random
- Movie
- Puisi
- Quality Time
- Refleksi
- Romansa
- Serba-serbi
- Song of the Day
- Sweet Escape
- T World
- Tragedy
- Travel
- Trip
- Tulisan
- Urip Iku Urup
0 comments:
Posting Komentar