Defect, anomali...and perspective

20 Agustus 2017


Caucus, moderated, unmoderated, motion, key note, policy brief, delegate, honorable chair, workshop, motion (again), vote, partnership, resolution, amendment.....dan seterusnya seterusnya. Mungkin dalam beberapa hari, minggu, atau kalau beruntung, dalam beberapa bulan ke depan kata-kata tersebut dan variannya masih akan bergema di pikiranku. Empat hari di Young Leaders in Health 2017 bukan cara terbaik memang untuk memulai hari-hari pertama di Berlin (terutama ketika aku tidak memanfaatkan waktu untuk mempersiapkan diri dan lebih fokus pada perihal timbang-menimbang koper). Tapi empat hari ini juga memberikan perspektif baru tentang visiku selama ini (ugh, terlalu berat). Tentang bagaimana rencana ke depan yang terlalu naif, tentang pemikiran idealku selama ini yang mungkin saja benar, dan mungkin juga salah.
 
Young Leaders in Health Conference 2017.
Awal mula memutuskan untuk ikut mendaftar untuk mengikuti konferensi ini adalah sesaat setelah informasi ini muncul di halaman grup Facebook Troped MIH Student kemudian pikiran sempitku menilai nama konferensinya sendiri terdengar keren, langsung mengecek tanggal dan biaya pendaftaran, itu saja. Come on, when you have decided to dedicate your life in health, combine it with cool words like LEADER and YOUNG...you can be not impressive and turn impulsive. Ok, itu excuse yang payah sekali. Sedikit banyak aku masih menyisakan rasa yang tidak nyaman karena menyiakan kesempatan konferensi di Thailand Juli kemarin karena alasan yang tidak nyaman juga diungkapkan. Begitulah, selected by luck, surat elektronik notifikasi ini dan itu mulai berdatangan. Tugas-tugas berdatangan. Panduan dan tetek bengek link ke situs inu dan anu berdatangan. Pikirku, apa ini, aku ingin memulai hariku di Jerman dengan sedikit pemanasan, bukan ngos-ngosan. Segalanya terasa asing. Judulnya sendiri adalah kesehatan, tapi kontennya melebihi apa yang aku definisikan sebagai 'kesehatan' selama ini. Ekonomi, politik, kebijakan, inisiatif. Berada dekat jangkauan organisasi macam WHO, main pura-pura jadi World Health Assembly, mencetak resolusi, dst, dst... Demikian hingga hari konferensi tiba aku masih punya rasa, kenapa aku harus ada disana?
 
Karena dengan ada di sana, duniaku lebih terbuka. Aku tidak hanya melihat dengan dua mata.
Ya, itu terlalu banyak untuk sebuah jawaban. Katakanlah aku dalam status super inspired, sindroma ketika dalam jangka waktu tertentu terpapar dengan orang-orang yang menurut kita hebat, membicarakan ide-ide hebat.
 

 



WHA Simulation-Key notes-Super cool workshop-Social program 
Jelas aku bukan penggemar debat, di tubuhku tidak mengalir darah itu. Sayangnya, proses debat itu masih aku perlukan, paling tidak jika aku masih bertahan dengan idealisme menjadi dokter yang tidak biasa-biasa saja (apa coba maksudnya). Atau lebih tepatnya menjadi warga negara yang ada gunanya, walaupun peringatan kemerdekaan kemarin aku tidak hormat bendera. YLH ini pertama kalinya aku diperlihatkan dan dilibatkan dalam model World Health Assembly, yang sebelumnya tidak aku kenal bentuknya. Jujur saja aku terkesan, lembar resolusi, terlepas dari terealisasi atau tidaknya, terjadinya sepelik ini.
 

Tentang pembicara, key note speaker. Secara tulus, aku ingin sekali agar lebih banyak seminar dalam negeri paling tidak dipersiapkan seperti ini. Topik yang memang dipersiapkan agar memberikan maanfaat yang maksimal, seminar yang tidak hanya seremonial. Dan tentu harus aku akui, topic semacam ini, SDGs, global movement, global partnership...bukan topik yang menjadi favorit di dalam negeri.
 


Social program yang aku ikuti, berkebun; Urban Gardening. Ya, bukan tentang berkebun yang gimana-gimana. Jadi di Berlin ada semacam ruang hijau yang dikelola NGO, namanya Prinzessinnengaerten yang lokasinya di Prinzenstrasse. Pesannya adalah promosi perkebunan organic, hingga teringat project HFHL (huhu...sendu). Konsepnya juga menarik sekali, jadi semacam café plus coworking space (seperti yang merebak ngetrend di Bali akhir-akhir ini), tapi konsepnya kebun yang integrasinya apik sekali. Seharusnya, menurut hematku, kalau di Berlin yang hampir beton semua aja bisa ada yang begini, amat sangat bisa dibikin di Bali juga. Serius, keren sekali.
 
Terinspirasi tapi Tetap Obyektif
Di luar segala lebihnya yang membuatku terinspirasi,
beberapa catatan juga aku tandai tentang keikutsertaanku di YLH.
  1. Bentuk penugasan yang mungkin memang relevan dengan workshop akan lebih optimal dengan evaluasi di tengah masa pengumpulan (bagiku, policy brief bukan jenis tulisan yang begitu familiar denganku.)
  2. Akan sangat menyenangkan bila bisa terlibat dalam lebih banyak workshop. (Bukannya maruk, tapi aku terhidupkan di dalam workshopnya.)
  3. Dalam beberapa hal, aku merasa kurang terfasilitasi (dan juga memfasilitasi diri) untuk debat dan simulasi. Merepresentasikan negara yang tidak kita kuasai (walaupun Singapura adalah tetangga, namun sangat jauh berbeda.)
  4. Urban gardening overlap dengan program utama. Sempat keteteran juga jadinya di sesi regional block.
 
Bagaimana pun, 75 Euro terasa sangat murah setelah menjadi output dari YLH conference 17-20 Agustus 2017. Walau pun tidak ada kaitannya, aku jadi lebih semangat melanjutkan hidup di Berlin. Selanjutnya aku ingin sekali muncul tulisan tentang ide yang saat ini seperti merubungi kepala.
 
Demikian,
Yang Terinspirasi dan Sudah Mulai Bisa Makan Sendirian.
 
 
 
 

0 comments:

Posting Komentar