Defect, anomali...and perspective

20 Agustus 2017


Pertama tiba disini, Aci menyebalkan sekali. Bingung, takut, bersemangat, bingung lagi. Kadang ditambah lapar, kadang takut tersesat. Katanya, "Kota ini, yakin kota ini?"
Aku jawab, "Aci...bisa enggak, enggak usah menyel?"
Kemudian kemana-mana Aci selalu aku temani.
Kini, memang baru lima hari, tapi Aci sudah mulai nyaman makan sendiri.

*   *    *
Kalau harus menyebut kota impian, tentu Berlin tidak akan jadi kota pertama yang tersebut. Mungkin kelima setelah Paris, Vancouver, Budapest, Tokyo, Barcelona (ya, aku memang mainstream)...atau keempatbelas bila disisipi kota-kota lainnya lagi. Bagaimana pun, pada nantinya, Berlin ini harus masuk juga dalam daftar, paling tidak kota yang di dalamnya selama beberapa lama ke depan akan menampung mimpi-mimpiku di dalamnya. Yang buruk, maupun yang indah.

Ngomong-ngomong soal mimpi. Mimpi indahnya malah dimulai sebelum sampai di sini, bersumber dari keberuntungan dan belas kasih mbak loket check-in Etihad. Maka tidur nyenyaklah kami di rute Jakarta-UEA. Yayy!


Tak ada jetlag di Berlin hari ini. Bukan judul film.
Andai ini hanya tentang sampai ke Berlin. Berhasil ditemukan Jody, dibantu Marc, hari pertama habis untuk mengamankan wohnung Studentenwerk yang selama ini susah payah diperjuangkan. Masalah muncul, office Studentenwerk, markasnya House Master (yang pegang kunci), lokasi dorm...macam jerawat di muka, berantakan. Namun segala hal perlu diambil hikmahnya. Dengan misi mendapatkan sebuah kunci, jalanan Berlin mulai terpahami, aku hanya tersesat beberapa kali. Pencapaian yang cukup baik.

Studentenwerk merupakan suatu badan yang memfasilitasi apartemen dan kost-kostan mahasiswa, termasuk mahasiswa international, di berbagai kota di Jerman. Untuk kamar satu ini, aku memasukkan aplikasi sekitar 6 bulan sebelum dinyatakan bisa dapat jatah. Kelebihan Stw adalah sewanya lebih murah. Kekurangannya ya itu, lama dapat kamarnya. Link https://www.stw.berlin/
Syarat agar bisa masuk tenant studentenwerk adalah:
1. Terdaftar di kampus di Berlin (bisa nyusul, tapi bisa menunjukkan LoA)
2.  Rekening tabungan bank Jerman (juga bisa nyusul)
3. Bayar uang sewa+kaution
4. Hati yang sabar dan teguh.



Tadaaa....wohnung baru. Agenda menggelandang bisa dicoret dari daftar.

Masalah memang analog dengan pacaran yang baru tiga mingguan. Datangnya bergandengan, kalau bisa dempetan. Kamar wohnung kosong melompong, menyisakan tanya, serius ini mesti belanja di IKEA di hari pertama??? Jawabannya memang hanya satu dan itu iya. Tentang berapa kali tersesat demi IKEA? Sekitar dua atau tiga.

Rekening tabungan yang perlu dibuka, masalah berikutnya. Tapi akan aku tulis di bagian selanjutnya saja. Juga tentang Anmeldebestatigung.

Demi pengetahuan umum, walaupun bukan pertama kali, sekali lagi aku dan Aci harus beradaptasi. Setidaknya beberapa hal yang masih perlu diberikan perhatian khusus:
1. Perlu waktu menata kamar yang terasa rumah. Kangen irawadi berseri.
2. Tatakan kloset kadang terlalu dingin di pagi hari.
3. Selalu lihat weather forecast sebelum pergi.
4. Lupa sudah caranya memilah sampah, jangan lupa bilas wadah pembungkus yogurt kalau mau dibuang dengan cara yang benar (sepertinya ini juga perlu dibuatkan sesi khusus).
5. Kabar buruk, botol minum yang baru dipakai 3 hari hilang T.T 10EU terbuang.

Malam pertama kedatangan, langsung menempati dorm yang ala kadarnya. (Maunya foto tampak kamar baru, tapi berantakannya level sempak masuk sepatu). Jam tidur seperti biasa, tanpa jetlag, syukurnya. Yang menyenangkan lagi, sepanjang ingatanku, tidak ada mimpi malam itu.




0 comments:

Posting Komentar