Defect, anomali...and perspective

9 April 2016

On 02.08 by anya-(aydwprdnya)   No comments

Hanya sebuah perjalanan rutin dari Denpasar menuju Tabanan, semata-mata karena ada hati yang merindukan rumah, meski tubuh yang memerangkapnya lebih menginginkan tempat merebah.

Tenang saja, otak besar selalu menemukan jalan tengah. Menyeling sensorik dengan motorik, menyentak lompatan transmiter yang siaga menyeberangi jurang sinaps. Lucunya, ia masih sempat menjeda kerjanya untuk beberapa cuplikan imajinasi.

*   *   *

Sebuah topi. Topi bundar, dari anyaman semacam bambu berwarna cokelat muda dengan ris cokelat tua. Topi Pramuka, kita biasa menyebutnya, model untuk anak perempuan. Sebuah topi pramuka tergeletak di tengah jalan raya.

Hal-hal yang eksis, berotasi, atau sekadar mengisi ruang hari sifatnya asosiatif. Maksudnya kita cenderung membuatnya saling berkaitan, demi melindungi otak kita juga. Tentu saja dibumbui pengalaman dan latar belakang perjalanan hidup. Mungkin itu yang membuatku berpikir dengan adegan topi pramuka di tengah jalan tersebut.

Tentu ada banyak alur cerita mengapa topi tersebut ada disana. Terbang tertiup angin saat seorang anak berboncengan, jatuh dari dalam tas yang lengah tak tertutup rapat, atau entahlah aku enggan melanjutkannya.

*   *   *
Aku sendiri ragu mengapa pemandangan itu begitu mengganggu. Kata salah seorang seniorku, ada beberapa tipe manusia yang diciptakan untuk cenderung positif dan merasa. Ada juga yang sebaliknya. Dan aku, sering berada diantara keduanya.

[Dalam perjalanan yang berpotensi membuatku mengalami heat stroke. Akh, dunia ini panas sekali.]

0 comments:

Posting Komentar