Defect, anomali...and perspective

3 Januari 2015

On 00.32 by anya-(aydwprdnya) in    No comments

Selamat sore, Partner.
Akhirnya kita keluar lagi, mencari sedikit kesegaran di sela pekatnya harimu dan penatnya hatiku.
Mencari celah diantara bait-bait hujan deras yang berkejaran, terdengar seperti gaya yang kita tinggalkan sekian lama. Dan perjalanan kita berawal di sebuah tempat makan yang cukup lama tidak kita kunjungi. Seperti hati yang pernah kecewa, kadang kita ingin mencoba kembali untuk bertaruh tentang rasa.

Kita memilih tempat duduk yang tepat. Dari sini aku bisa melihat ke segala arah, menyaksikan bahwa kita bukan satu-satunya pasangan (aku menggunakan kata ini) di dalam ruangan. Setelah kita ada banyak pasangan-pasangan lainnya, bermacam jenis dan rupa. Ah, ini salahmu memilih tempat duduk ini, padahal kamu tahu, Partner, semakin banyak mata ini menerima impuls cahaya, semakin liar pula imajinasi di dalam kepala. Kamu tahu itu, Partner. Kamu sangat tahu.

Arah jam 9.
Tentu saja jarak satu meter di sebelah kiriku tidak menghalangi niat kita melihat diam-diam ke atas meja mereka. Kamu melihatnya juga, dua potong sosis (yang kamu tebak rasanya sintetis) yang bersanding dengan sebentuk mangkok nasi putih. Kita tertawa, berderai. Kapan terakhir kali kita mentertawakan makanan orang lain sementara piring-piring yang kita tandaskan juga tak lebih baik? Kenapa kita (aku) usil sekali sore ini?

Arah jam 12.
Tepat di hadapan kita. Sial aku terlalu banyak menghabiskan waktu dengan Science of Deduction-nya Mr. Watson. Aku mulai menilai, mengajakmu bersama agar segala pikiran konyol ini terurai.
[Lelaki] Sekitar usia 20an, kemapanan masih diragukan namun kita sepakat bahwa ia hanya orang berada yang rendah hatinya (aku bilang semacam Bob Sadino versi ABG puber). Aku beri nilai enam, hanya karena pemilihan celana merahnya yang membuatnya terkesan tidak bisa move on dari kenangan masa sekolah dasar. Aku juga berharap ia sudah mandi, karena tato beraneka rupa (walaupun salah satunya bertuliskan '9 to 5' ) tidak mengurangi kekontrasan dengan makhluk yang duduk berhadapan dengannya.
[Wanita] Cantik kataku, rock-girl nanggung istilahmu. Ya..kamu memang tidak sesering itu memberi penilaian positif terhadap orang lain, Partner. Aku orang yang menghargai liberalitas, dipadukan dengan aliran feminis garis kiri, aku memutuskan untuk tidak memojokkan wanita yang satu itu.
Mereka terlihat dingin dan kurang bahagia. Bagaimana dengan kita?

Arah jam 2.
Mereka sedang kasmaran. Hey! Kamu tanya bagaimana aku tahu? Pandangan yang mengkonduksi arus listrik tanpa resistor, sentuhan malu-malu yang dibuat seakan-akan tidak sengaja, cubitan gemas di hidung, saling suap, bertukar minuman tanpa berganti sedotan...apa namanya kalau bukan kasmaran? Mereka duduk tak lama. Aku tahu mereka akan berpindah ke tempat lain, entah bangku taman, atau kedai gelato. Seperti karakteristik love bird pada umumnya, mereka akan menebar bau cinta dimana-mana.

Arah jam 3.
Sebelumnya mereka ada di jam setengah dua. Pindah untuk sebuah rencana duduk yang lebih lama, tebakanku.
Aku bisa bilang apa? Just a princess (wanna be) and her prince charming. Ya, semacam pasangan yang muncul dalam salah satu episode barbie yang tayang di pagi Natal. Hanya saja mereka duduk menyebelahi kita, seorang pria yang sibuk berperang dalam gadget tersayang, dan wanita yang autis tenggelam dalam tulisan sambil berharap bisa menghilang.

*   *   *
Mungkin awal ini harus kita lanjutkan ke tempat berikutnya (dimana?).

Dihadapan sisa mashed potato milikku, bulir nasi yang tidak habis terambil olehmu, dan jelly grass yang terbenam dalam sepatnya teh, kita sibuk pikiran masing-masing dan masih bisa mengomentari orang lain. Aku benar-benar tidak ingin menuliskan tentang nama waitress ataupun poni lempar mas waiter (maaf :p)

Ada sesuatu yang mendesak mengakhiri awalan ini, aku rindu.

(7 of 10, mungkin ada kesempatan lain untuk tempat ini.)

0 comments:

Posting Komentar