Defect, anomali...and perspective

13 Februari 2012

On 07.57 by anya-(aydwprdnya) in , ,    No comments
Nihongo class started-->excited
Middle class--> nani nani-wa-nani nani-desu-->excited sambil puyeng
End of the class-->super excited!


Yah, akhirnya kelas bahasa Jepangku dimulai setelah aku mendapat alasan kuat yang "memaksaku" untuk meluangkan waktu beberapa jam seminggu untuk duduk di kelas sensei Trisna. Sedikit aneh memang, sejak dulu aku ingin sekali belajar bahasa asing. Logikanya, bila aku memang ingin traveling keliling bumi, sudah seharusnya aku memiliki perbendaharaan bahasa yang lebih kaya. Aku pernah ingin belajar bahasa Perancis karena terbayang-bayang Eiffel dan Louvern. Pernah juga tertarik mempelajari bahasa Itali (efek Eat, Pray, Love). Tapi keduanya urung karena alasan klasik:tak ada waktu. Lynn, salah satu Houtvens- hostfamily waktu menjelajah Belgia- menyarankan bahasa Latin sebagai bahasa-wajib-pelajari dengan alasan Latin itu sudah seperti bahasa bumi. Aku tidak mengikuti sarannya dan semakin yakin bahwa sudut pandang mahasiswa jurusan bahasa asing memang sulit dimengerti. Selain itu, beberapa bahasa dengan penulisan khusus;Tagalog, Cina, Rusia, sudah aku eleminasi jauh-jauh hari. Yah, bagaimanapun aku sadar diri bahwa kecerdasan linguistikku sedikit mengalami retardasi. Hingga beberapa bulan lalu, Tuhan mempermudah jalanku dengan menunjukkan satu alasan yang sulit untuk kutolak yaitu kesempatan lain melihat ke seberang lautan: mengunjungi negeri matahari terbit.


Ini seperti belajar merangkak saat usia kita sudah lima: canggung, kaku, dengan kaki jenjang yang gatal ingin berlari. Kira-kira seperti itu mungkin yang aku rasakan. Mempelajari hal baru dari kilometer nol, kata-kata asing, sedikit banyak membuatku tidak nyaman. Tapi bukankah yang seperti itu yang namanya belajar? Sampai akhirnya yang bisa aku rasakan hanya efek adrenalin yang disekresikan tanpa alasan yang jelas oleh tubuhku. Aku bersemangat karena Jepang adalah salah satu negara teratas dalam to visit list yang pernah kutulis. Atau mungkin ini efek kerinduanku pada sushi dan ramen rasa asli, entahlah.

Jelas aku telah membuang banyak porsi halaman ini dengan menceritakan kegelisahan subyektifku. Pada dasarnya memang itulah cerita kelas pertamaku.

Mina san,konbanwa...
Hajimemashite, watashi wa Pradnya desu, Indonesia no Bali kara kamashita.
....

Jauh lebih dalam dari semua ketidakjelasan yang kutulis di atas, penghargaan besar untuk kesempatan yang dilimpahkan padaku, olehmu, satu-satunya dengan temanku di kelas bahasa Jepang yang semoga sama bersemangatnya denganku.


0 comments:

Posting Komentar