Defect, anomali...and perspective

23 November 2011

On 08.01 by anya-(aydwprdnya) in ,    No comments
Toward the end of year, people use it as great momentum to hold such great events. I could not find any good reason since I think every date in whole year have similar taste. But here I can bring you some nice stories from one of annual events in Bali where you can find people, culture, and nature mix in a bowl.

The wonderful event named Sanur Village Festival (SVF) that happen in 2011 during 19-23 November in Matahari Terbit Beach, Sanur. This year it would be the 6th SVF since it was held first at 2006. But it is kind special because for this year, the SVF would be merged with Indonesia Horticulture Festival and International Kite Festival.

 



Not less than 20 kind of activities and mini-events held in SVF 2011, some of them are bonsai and adenium exhibition, Sanur Village Cycling, Denpasar city tour, Bali Culinary Challenge, Kampung Seni, Sanur Open Golf Tournament, Under Water Festival, Kompetisi Jukung, and of course the Kite Festival. Beside those, you may join Yoga Village, Fishing Tournament, Photography Contest, Marine Water Sport and many others sport activities, games, Bleganjur (traditional Balinese orchestra) Parade, and Global Warming Act.

Nah, for the last activity I mentioned above, the Global Warming Act, I had special review since this is very interesting to see how local people together with visitors (most of them are tourists) take a part in greening our environment back.
*             *             *
Maintaining the balance of nature and consistently carrying out positive efforts for the earth are integrated efforts that have continuously been sounded by Sanur Village Festival as response to the various issues that need serious attention over environmental degradation. Some case reports from around Sanur’s vicinity itself are decreasing of functional mangrove caused by illegal dumping, abrasion due to changing tide as well as damaged coral reefs as natural tide breaker, and how those affect the fishermen. Rice fields are gradually disappearing, turned into hotels, housing, and shopping complexes and various types of big trees becoming the victims of those changes as well.


5R: The Theme

 

In SVF 2011, they picked 5R (Reduce, Reuse, Recycling, Replant, and Recovery) as the theme of Global Warming Act. The 5R targeted to all society in Bali and in bigger scope, all of the inhabitant in this globe, to take the real action in protecting our earth. Reduce, reuse, recycling, replant, and recovery are five simple actions yet if done continually by many would result in great miracle on earth. Sanur-Bali through SVF expected to be a starting point for the great to take form.

The global warming act is presented in intaran three planting, where intaran is also the identity of one ‘banjar’ (smallest community in Bali) in Bali, named Banjar Intaran. Other activities are coral transplantation in which this action are go in synergy with underwater festival, alongside turtle release, beach cleans-up, and environmental exhibition. 

 



 



 


















Sanur is famous with its wonderful sunrise, if you have not heard about it yet. Sanur also being the meeting point of fresh and salted water, and believed as the place where Father Sky meet Mother Earth up. Before it flow farther and become folks story, let me end it. Finally, I just visited the SVF 2011 and totally sure that SVF is a must attend event. If you are around Sanur-Bali during 19-23 Nov, please spare your time to visit SVF. If not, you still welcome to check the site for next year event.

See? The almost-end-of-year festival is not always about party and glamour night. Some of them may contain values and small action that may help Father Sky to see Mother Earth in any longer time.

22 November 2011

On 19.54 by anya-(aydwprdnya) in ,    2 comments

Kemarin aku kembali (ini untuk kedua kalinya) mengunjungi Sanur Village Festival 2011. Iseng saja sebenarnya, selain karena aku termasuk salah satu tipe pecandu festival (baca: menikmati berada di tengah keramaian), aku juga ingin mengabadikan beberapa jenis bonsai yang sebelumnya belum sempat aku ambil gambarnya. Jadilah malam Rabu (petang hari Selasa), walau sempat terhadang cuaca gerimis, aku menghabiskan malam di Pantai Matahari Terbit.

Jalan-keliling-duduk-beli takoyaki-duduk-jalan lagi. Aku bertemu beberapa kawan lama dari SMA.
Aku & kawan: "Hoyy...."
Kawan: "Liat apa?"
Aku: "Anggrek, bonsai, makan...kamu?"
Kawan: "Gus Teja lahh..aku kan penikmat musik sejati"
Aku: "Siapa?" [cengok]
Kawan: "GUS TEJA, behh..gag tau?"
Aku: "......" [makin cengok]

Kebetulan malam itu penutupan SVF 2011, suasana ramai, dan aku banyak menghabiskan waktu dengan kawan-kawan. Sebelumnya aku sempat membaca di buku panduan SVF (bukan cuma manajemen pasien yang ada panduannya lho....) rundown acara malam itu. Memang ada nama Gus Teja-World Music, tapi karena tidak familiar jadi aku abaikan. Tapi karena orang-orang menyebut nama Gus Teja berkali-kali, aku jadi penasaran juga.

Sepertinya Aku Harus Malu

Satu demi satu acara berlalu, hingga tiba waktunya si Gus Teja cs ini. 
Betapa malunya aku, padahal melodi-melodi yang dibawakan grup satu ini sangat sering aku nikmati. Bahkan aku ingat salah satu aransemen garapannya yang berjudul Morning Happiness (check the video out!) adalah salah satu music yang sering diputar di salah satu rumah makan favoritku. Ghezzzz.........

Hmm..what I supposed to say? Nyatanya aku memang sering meng-underestimate-kan musik lokal, sadar maupun tidak sadar. Aku penikmat Simple Plan, Green Day, Linkin Park, Sum41...Aku pemuja Avrile, Beyonce, Norah jones. Aku suka penampilan Lagy Gaga dan Katty Perry. Tapi bagaimana bisa aku tidak pernah mendengar nama Gus Teja sebelumnya? Aku begitu sering menuduh banyak penyanyi Indonesia telah melecehkan makna musik dalam negeri, dan sekarang aku sadar, bagaimana bisa pelaku industri musik menghasilkan karya yang berharga kalau banyak konsumen musik yang tidak bisa menghargai musik milik sendiri? Seperti aku....

Sebenarnya aku ingin mengulas lebih banyak mengenai Gus Teja ini, tapi tidak banyak data yang bisa ditemukan di dunia maya mengenai musisi yang satu ini. Yang pasti, dengan mengedepankan peran suling (seruling) dalam alunan musiknya yang dikolaborasikan dengan gamelan dan beberapa alat musik modern, Gus Teja berhasil menciptakan musik apik yang menurutku Bali banget. Ahh, aku memang bukan pengulas musik yang baik, maka dari itu aku menyertakan video di atas.

Kemarin malam hampir pukul 23.00, aku meninggalkan areal SVF 2011 dengan tekad akan mendownload  album Gus Teja. Gus Teja-Bali World Music sepertinya akan menjadi batu loncatanku untuk mulai belajar menghargai musik milik sendiri. Dengan ini, aku nobatkan Morning Happiness sebagai Song of the Day.
Love local music...!!!


3 November 2011

On 18.41 by anya-(aydwprdnya) in ,    No comments
Check this awesome link out!

BAYER YOUNG ENVIRONMENTAL ENVOY 2011: You burned their houses and then you walked away: By : Sarah Ervinda (Farmasi ITB) Bayer Young Environmental Envoy Indonesia 2011, Bayer Young Environmental Leader 2011

Another very touching story about human being, about environment, and about our life.

2 November 2011

On 19.06 by anya-(aydwprdnya) in , ,    No comments

Local Koln beer or Bavarian Beer (forgot which one is it)

Kamu pernah ketabrak sepeda?
Maksudku, apa kamu pernah ditabrak sepeda? Belum?
Aku pernah.

Aku: "Hwaaa...kapalnya bagus ya, kinclong banget."
Sarah: "Iyah, kayaknya baru. Fotoin ya Dwi ya..."
Envoys lain: bbbbzzzzzz....waweee..bzzzz (bikin suara lebah) haha..hihi.. (sambil becanda, ketawa, ketiwi)
Aku: "Sipp..sini kameranya, tapi tar km fotoin aku juga yah..."
Aku ambil kamera Sarah, jeprett...
Aku: "Cek dulu, udah oke belum. (Sarah ngangguk) Sekarang aku yah" (ngasi kamera ke Sarah)
[?Mbak Efi?dan entah siapa]: "Awasss...watch out!!!!"

Gubrakkk..gdebummm. Semua terasa begitu cepat. Gelap, aku hancur dan koma (lebay.com)
Yang sebenarnya terjadi----> Ccckittt... (rem sepeda gagal) Gubrakkk..gdebummmm. Semua berlangsung begitu cepat, aku jatuh terduduk dengan gaya hempas yang cukup kuat menumbukkan pantatku dengan jalanan aspal yang basah paska hujan. Aku kaget, sakit. Pengendara sepeda jatuh, kaget juga, dan sepertinya juga pasti sakit. Banyak yang langsung nyamperin aku, sebagian nonton drama gadis-lugu-korban-tabrakan-sepeda. Kami, aku dan mas-mas Jerman pengendara sepeda, sama-sama kaget langsung saling cross cek keadaan masing-masing. Kami pun saling berpegangan tangan (husshhh), maksudku, kami pun saling maaf-maafan. Drama bubar, jalanan normal. Yang tersisa adalah pantat, paha, tungkai yang aku jamin biru dan tas ranselku yang talinya putus. Dan yang paling menyesakkan, aku batal difoto :(

Jadi, apa kamu pernah ditabrak sepeda?
Aku pernah. 
Ya, aku pernah, dan kali pertama aku ditabrak sepeda jadi sangat mengesankan karena kejadiannya di negeri empat musim.
On 01.39 by anya-(aydwprdnya) in    No comments


A bit late, it is November 2 already.
But still, the 11th month would always be a best month of reflection. What we've passed this year? What we gonna do in perfecting the rest of this year.


Trust me, November is the best month to do that since we won't have enough time in December because of the bunch of joys and euphoria.


Do it, take your time, rock the Nov...and you know what? Guns N' Roses never die!



On 00.49 by anya-(aydwprdnya) in , ,    No comments

Sesuai dengan jadwal perjalanan, rute yang kami tempuh adalah Jakarta-Singapore-Frankfurt (kalau aku ditambah Bali-Jakarta pastinya) kemudian lanjut dengan train menuju Koln (Cologne). Setelah belasan jam di atas pesawat dan sekitar 45 menit dengan kereta, kami tiba di Cologne. Keadaan kami waktu itu? Jangan tanya, disorientasi waktu tingkat tinggi dengan perut kruyuk-kruyuk, lapar. Kami langsung pecah kongsi, bubar, buyar, jelalatan mencari toko makanan yang sesuai dengan selera Asia. Sayangnya, waktu setempat baru menunjukkan pukul 9 pagi, satu-satunya resto Chinesse food (atau Asian food ya? pokoknya satu-satunya yang jualan paket nasi) belum siap terima pesanan. Sampai kami berakhir dengan sarapan sandwich.

Sebelumnya perlu aku perjelas di sini, berdasarkan pengalaman pribadi dan cerita traveler senior, ada tiga komponen utama culture shock ketika kita bertandang ke negari orang. Yang pertama adalah BAHASA, jelas di sini karena tidak semua penyedia layanan umum di negara bersangkutan menggunakan bahasa internasional. Contohnya saja mbak-mbak yang jualan sandwich pagi itu juga tidak fasif berbahasa Inggris. Kedua adalah kendala CUACA. Sebagai negara tropis, kita termasuk miskin perbendaharaan cuaca dan musim. Bayangkan saja, kalau tidak panas terik menyengat, ya hujan deras berbadai lanjut banjir. Karena itu, persiapan menghadapi cuaca ekstrem saat traveling menjadi bahan wajib. Kebetulan bulan Oktober merupakan musim gugur di Jerman, deskripsi cuaca kurang lebih: langit kelabu, sinar matahari langka, ancaman hujan setiap saat, dan sangat windy dengan rentang temperatur sekitar 7-16 derajat Celcius. Nah, culture shock jenis ketiga, dan ini amat sangat penting adalah MAKANAN. Aku biasa hidup bermandi nasi, pagi, siang, sore makan nasi. Sekarang harus beradaptasi dengan makanan substituen lain macam roti, banyak salad, dan jenis daging yang berbeda. Demikian lecture singkat mengenai culture shock bagi newbie traveler. Semoga bermanfaat. 

Pose di depan icon makanan Jerman: pretzel & carbonated drink

1 November 2011

On 08.15 by anya-(aydwprdnya) in , ,    No comments


Banyak orang yang pernah menceritakan airport ini dengan pujian. Sayangnya, di kesempatan pertamaku menginjakkan kaki disana, aku tidak sempat melihat banyak. Airbus Lufthanza yang kami tumpangi hanya mngizinkan kami menjejak singapura selama satu jam saja. Satu jam dimana di dalamnya termasuk waktu jalan kaki (jaraknya lumayan) menuju konter check transit plus segala keribetan-keribetan imigrasi.

Meet the Singaporean Team

Nama-nama mereka sulit dilafalkan, sulit diucapkan, juga sulit didengar terutama jika kamu sedang bindeng gara-gara ada udara yang terperangkap di dalam telinga. Yah, sejak berangkat dari Ngurah Rai, kuping bindeng adalah salah satu masalah terbesarku.
Ki-ka: Jonathan, Zhan Hong, LuChoon, Jia Hui, Yu Ke

Kembali tentang Singaporean team, kesan nama tadi adalah kesan pertamaku tentang mereka, yang kesemuanya berwajah Cina.

Singaporean envoys, ada empat: Jia Hui (the only girl), Zhan Hong, Jonathan, dan Yu Ke (sekarang nama mereka sudah tidak sulit lagi) plus satu caretaker, LuChoon, dari Bayer Singapore.

Sebenarnya aku menulis judul khusus di Chang I ini gara-gara aku pengen banget liat-liat sekitar bandara yang dari testimoni temen-temen itu sangat WoowWW…  :(

Tapi bagaimanapun, satu jam itu sangat menyenangkan :D [from meeting new friends] 

On 07.40 by anya-(aydwprdnya) in , ,    No comments
Aku baru saja melewati salah satu minggu terbaik sepanjang hidupku, kemudian menjalani seminggu berikutnya dengan mengejar ketertinggalanku di kampus hingga diakhiri dengan ujian blok dermato [Skins and Disorders] siang tadi. Sebenarnya aku juga benci menunggu terlalu lama dan menahan diri untuk tidak menuliskan cerita-ceritaku. Apa boleh buat, aku hanya takut kehilangan detail-detail kecil yang biasanya hanya tersimpan hingga pengaruh euforia menghilang.



Sunrise, from the train

Minggu yang kumaksud di awal tadi adalah rentang waktu antara 15 Oktober 2011 hingga 22 Oktober 2011. Minggu yang sudah menjadi incaranku sejak pertengahan tahun ini. Rentangan waktu yang memacuku untuk menulis dan mengirimkan sebuah proposal project sederhana untuk dikompetisikan dalam Bayer Young Environmental Envoy. Termasuk juga menggugah pikiranku hingga dapat mewarnai keseharian di Healthy Food Healthy Living bersama kawan-kawan baik duta pangan maupun core team HFHL. Perjalananku panjang (dramatis), bahkan aku baru sadar bahwa banyak cerita yang tidak sempat dituliskan. Walaupun judul yang kupilih kali ini terkesan sangat sempit, namun perjalanan matahari tersebut bukanlah representasi yang tepat (aku akui itu) untuk keseluruhan cerita ini. Hanya saja sangat menarik bagiku, bahwa kami, grup Indonesia dan Singapore tiba di Frankfurt, Jerman pada 16 Oktober ketika matahari beranjak terbit. Berikutnya, pada hari terakhir 21 Oktober, matahari tenggelam sementara kami melihat pemandangan terakhir di Cologne.


Aktivitas baru turun train, foto2 ^^

Gembok cinta ala tepi sungai Rhine :)

Jadi sekali lagi, ini bukan tentang terbit tenggelamnya matahari di Jerman (yang sangat jarang kami temui). Aku punya banyak cerita, di dalamnya: teman baru, pengalaman baru, keingintahuanku, kegoblokanku, kebanggaanku, kecintaanku pada Indonesia, kerinduanku pada nasi, etc

Goodbye Koln at sunset (taken from the train)

Aku sendiri merasa agak terlambat, hanya saja aku juga merasa sedikit lega setelah melewati ujian dermato dimana kebanyakan lectures-nya aku lewatkan selama mengikuti field trip di Leverkusen, Jerman. Bagaimanapun, akan sangat menyenangkan bisa berbagi ^^v

31 Oktober 2011

On 23.41 by anya-(aydwprdnya) in ,    No comments

                             
Apa yang terlintas di benak kita ketika melihat gambar di atas? Tugas menggambar sekolah dasar? Atau lomba lukis kelompok umur 6-10 tahun di bulan Agustus?

Memang benar, gambar di atas adalah hasil karya seorang gadis cilik berusia 9 tahun. Tapi bagaimana bila ternyata lukisan gadis asal Argentina tersebut adalah pemenang Twentieth Children’s Painting Competition 2011 untuk regional Amerika Latin dan Karibia? Bagaimana pula bila lukisan itu mengantar Lara Garcia, nama sang maestro cilik, menerima US$ 1000 dan melalui dua ajang penghargaan di Costa Rica dan Leverkusen, Jerman.