Defect, anomali...and perspective

25 Maret 2018

On 12.01 by anya-(aydwprdnya) in , ,    No comments

Christening Little David
[Satu momen lainnya dimana cinta kasih tidak mengenal teritori.]

Saat aku menerima undangan di acara pembaptisan anak salah satu teman sekelas yang juga merupakan ponakan pertama bagi Charite MScIH kelas 2017, aku langsung bertekad akan datang. Jujur saja aku merasa melewatkan banyak hal selama dua minggu tidak berada di Berlin. Juga ketika aku tiba beberapa hari yang lalu, tiba-tiba semua orang yang aku kenal berada di luar kota, dan ada juga yang pulang ke Indonesia. Praktis, aku agak merasa sendiri. Hari kedua kembali ke kota ini aku melewatkan malam bersama teman-teman di pub sampai pubnya tutup. Sehari setelahnya aku menemani seorang teman lain ke acara ulang tahun yang menjerumuskanku ke sebuah pesta yang penuh dengan pengacara, hakim, prosekutor, dan lain-lainnya yang baunya serupa. Maka aku pikir, muncul di gereja di hari minggu pada momen bahagia seorang teman akan melengkapi kembalinya aku di sini (setidaknya agar berhenti mengeluhkan musim semi yang tidak nampak seminya.). 

Bilingual New Testament
yang aku beli dari toko buku 1 euro-an,
yang sekarang sudah tutup :')
Seperti yang telah aku akui di instastory-ku siang tadi, ini bukan pertama kalinya aku menyusup ke acara-acara di gereja. Sebagai salah seorang pengamat arsitektur bangunan tua amatir, gereja dan katedral menjadi salah satu tempat yang gemar aku datangi. Kalau masalah menyusup di waktu ibadah, hehe, ini karena perspektifku pribadi; selalu ada daya tarik magis tentang keindahan gereja di waktu ibadah. Perasaan yang sama dengan yang aku rasakan saat upacara piodalan di pura, vibrasi ketika mencermati sholat berjamaah di masjid, atau ritual persembahan di klenteng. Intinya aku suka. Selain bahwa aku adalah juga penggemar kisah-kisah dalam alkitab (aku baru menyelesaikan New Testament bilingual Englisch-Deutsch beberapa bulan kemarin) dan penikmat nyanyian pujian khas ibadah umat kristiani. Khusus seminar minggu pagi tadi plus christening bayi David, suasananya sedikit berbeda. Karena ini bukan service di gereja seperti yang biasa aku datangi (baca:susupi). Hm..kalau boleh dibilang, ini lebih privat.
Penanda rumah ibadah Hausotterstrasse 25

Aku yang datang terlambat dengan penuh keyakinan asal masuk ke ruangan yang aku suspek sebagai tempat berlangsungnya acara. Yang terjadi ketika aku masuk? Orang-orang terlihat kaget (yang mana aku juga kaget) karena jelas sekali secara penampakan anatomi aku tidak akan bisa menyaru di sana. Tempat ibadah ini lebih pada tempat ibadah komunitas, yang pengikutnya cenderung homogen yaitu penduduk sekitar dengan latar belakang Afrika Selatan. Selain dari warna kulit, pakaian yang mereka kenakan juga bernuansa afrika. Mentalku agak susut juga, namun di luar dugaan, setelah menyapa singkat orang-orang yang aku lewati semuanya mempersilahkan aku lewat dengan senyum ramah dan bahkan seorang mama membersihkan satu kursi demi agar aku bisa mengikuti acara dengan lapang pandang yang bagus. Ternyata acara juga belum lama dimulai, pendamping pendeta (aku tidak yakin bagaimana harus menyebutnya) mempersilahkan orang-orang yang baru pertama kali beribadah di sana untuk memperkenalkan diri. Termasuk aku juga. Aku tidak ambil pusing sama sekali untuk menegaskan agama yang aku anut, walaupun di data registrasi aku tetap menulis Hindu sebagai latar belakang kepercayaanku. Ini pertama kalinya aku memperkenalkan diri secara formal di dalam rangkaian ibadah gereja dan disoraki, "Sister Anya, you are welcomed!"- berkali-kali. 

Aku mengikuti pembacaan alkitab, yang mana seorang mama baik hati meminjamkan satu buah alkitab agar aku bisa mengikuti. Sebelumnya ia bertanya apa aku ingin ikut membaca, yang aku jawab dengan mengambil holy bible yang disodorkan ke arahku. Aku tidak terlalu mengalami kesulitan mengikuti lompatan-lompatan partisi dan verse yang dibaca oleh pendeta yang sangat bersemangat dan atraktif. Pun, mama yang sama yang meminjamiku bible selalu siaga jika aku kesulitan menemukan bagian yang dimaksud. Tidak terasa pembacaan alkitab dan interpretasi cerita diselingi dengan nyanyian yang menyenangkan, kemudian tiba waktunya pembaptisan. Jangan harap akan menyaksikan bayi mungil diguyur air. Christening di sini lebih pada ceremonial act, simbolisasi diterimanya bayi kecil di komunitas gereja, dan pengukuhan nama. Memang sebelumnya aku sudah bertanya pada Felix, temanku yang ayahnya si David, tentang nama anaknya. Tapi hari ini namanya secara resmi diumumkan. Kemudian tentu saja doa-doa baik untuk si bayi. 

Potret bahagia di hari bahagia. Little David anteng sekali.
Menghadiri christening tadi, mengingatkan aku pada upacara nelubulanin (tiga bulanan) di Bali. Esensinya kurang lebih sama, hanya ceremonial act-nya yang berbeda. Menyenangkan bisa menemukan kesamaannya. Salah satunya yang juga serupa adalah 'after ceremony rejoice', bagian dimana hadirin ikut bersuka cita atas diterimanya anggota baru gereja atau komunitas. Alias, makan-makan!! Karena aku anaknya pemalu, maka aku mengantre jauh di belakang karena banyak anak-anak yang menurutku penting didahulukan. Berkali-kali aku ditawari agar mengambil terlebih dahulu. Berkali-kali juga aku dijelaskan mengenai menu hari tadi, menanyakan preferensi makananku, dan menawarkan untuk mencicipi dulu jika mau. Secara umum, aku diperlakukan istimewa. Pada tiba saatnya giliranku, satu porsi (BESAR) yang menunya komplit menungguku. Ajaibnya, tandas pindah ke saluran cernaku sembari mengobrol dengan Bianca, Maria, Robin dan lainnya, anak-anak yang merubungi aku dan menanyakan banyak hal karena jelas aku nampak 'berbeda'. Mungkin seperti ini perasaan bule yang masuk ke Pasar Kumbasari.

Hingga tiba waktunya aku berpamitan karena perutku sudah penuh, ehm, maksudku karena memang acara sudah usai, aku masih menerima salam dan pelukan dari orang-orang yang belum sempat aku kenal. Aku ragu jika di masa mendatang akan menyusup lagi di tempat itu. Jaraknya terlalu jauh dan dari rumah harus ditempuh dengan berganti kereta tiga kali dan berjalan kaki. Bagaimana pun, selain tentang little David yang anteng sekali, aku akan ingat bagaimana tempat ini dan orang-orangnya memperlakukan aku dengan indahnya. Selangkah sebelum aku pergi, seorang mama memberikan undangan merayakan Paskah bersama, dan memberiku pelukan yang hangat luar biasa. 

Aku rasa aku sudah benar-benar kembali di Berlin.

25 Maret 2018

0 comments:

Posting Komentar