26 Agustus 2016
On 01.47 by anya-(aydwprdnya) in Romansa No comments
Mengecup kening. Mengelus kepala. Mengikat rambut. Membukakan pintu. Menahan pintu dengan ujung kaki. Menyentuh hidung. Menutup telinga dari angin dingin. Adalah sebuah daftar yang kamu reka semalam tadi. Masih belum rampung. Aku ingin membantumu melanjutkannya. Merapikan rambut belakang telinga yang berantakan. Memberantakkan rambut di puncak kepala yang sudah dirapihkan. Menyentuh minimal dua dari lima jari selama minimal tiga perempat detik di tempat umum. Membiarkanku menempelkan jari telunjukku dan menekankannya ke pipimu sesuka hatiku.
Aku gemas mendengarmu melafalkan segala hal yang dianggapmu akan melarutkan setiap sekat yang membatasi tiap partisi jantungku. Agar kisah ini berbelok mengikuti rima turbulensi yang romantisnya lebih dari sekadar murmur diastolik. Agar aku kehilangan arah, seperti biasa, dan berlarian menyaring oksigen yang tersisa sementara kamu akan menjadi satu-satunya yang mampu mengekstrakkannya dari udara.
Malam kemarin, kelembaban udara terlalu pincang menuntut waktu ekstra mengusir partikel air yang menggelayut di helaian rambutku. Di malam yang lain, aku akan dengan senang hati menciptakan perdebatan kecil denganmu, sekadar melepaskan panas lewat pori-pori kulit kepala dan berharap argumenku menang melawan basah, atau paling tidak ada kehangatan yang melingkupiku setiap kamu mengalah. Namun malam kemarin mataku terlalu berat, dan lagi-lagi bila ini malam yang lain, maka aku akan pasrah membiarkan segala cair terserap bantal yang seharusnya mengalasi kepalaku. Dengan tak absennya kamu, aku tidak bisa begitu.
* * *
Aku suka jemari yang menelusup rambutku hingga sedikit mengeksitasi ujung serabut sarafku. Aku suka hembusan angin hangat dari alat pengering yang mengitari bagian atasku tanpa pola. Ini jauh berbeda dari rutinitas di salon kecantikan yang kadang aku kunjungi. Kecanggungan ini, ketidaksinkronan ini, kehati-hatianmu yang tidak beralasan, segala keanehan yang anehnya aku nikmati selama sekitar lima menit itu membawaku pada paradoks: aku ingin pengering rambut itu tidak mengusir basah rambutku. Tentu saja itu aku, paradoks yang sama yang mengusirmu tiap kali aku rindu.
Apakah aku orang pertama yang kamu sisiri sepanjang hidupmu? Sejenak aku pikir kamu sedang melafalkan mantera tertentu dengan sisir yang sekiranya berfungsi sama dengan tongkat sihir. Aku bisa merasakanmu menahan napas. Aku bisa membayangkan otot interfalangmu memendek hingga sisir itu nyaris lepas. Aku dihantam geli sekaligus ingin menghayati.
Lain kali aku ingin kamu sisiri lagi.
Lain kali aku ingin kamu lagi.
Lain kali lagi.
Semoga selalu ada lain kali.
Selamat ulang tahun, Multi-purposed Partner.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Search
Popular Posts
-
Akhir-akhir ini aku sering sulit tidur (bukan cuma akhir-akhir ini saja sih..). Mengisi jam-jam sulit tidur, jadilah yang aku lakukan adalah...
-
“Seseorang dapat menyempatkan diri mengunjungi Meksiko Utara dan bersedia menunggu 20 tahun demi melihat sekuntum Queen Victoria Agave me...
-
Raksha Bandhan (Bengali: রাখী বন্ধন Hindi: रक्षा बन्धन) is also called Rakhi Purnima (রাখীপূর্ণিমা) or simply Rakhi or "Rakhri"...
-
Aku tidak seindah itu hingga mematrikan deretan milestones demi menandai setiap checkpoint dalam hidupku. Mungkin bila aku melakukannya, sua...
-
Hari kemarin musik saya mati, saya sedih karena saya pikir saya tidak akan bisa menikmatinya lagi. Tapi ia meninggalkan sebuah kotak, da...
Recent Posts
Categories
- [EARGASM]
- 30Hari Bercerita
- Ahmad Wahib
- Aktivitas
- Bahasa
- Barcelona
- Birokrasi
- BYEE
- Cerita Dari Negeri Lain
- Co-ass
- Easy-Aci Exploring the World
- Event
- Ex-Berliner
- Family
- Fiksi Tapi Bukan
- Friendship
- Germany
- Golden October
- Inspirasi
- Japan
- Jerman
- Journey to the West
- Karya
- KKM
- Koas
- Kontemplasi
- Menulis Random
- Movie
- Puisi
- Quality Time
- Refleksi
- Romansa
- Serba-serbi
- Song of the Day
- Sweet Escape
- T World
- Tragedy
- Travel
- Trip
- Tulisan
- Urip Iku Urup
0 comments:
Posting Komentar