Defect, anomali...and perspective

8 Juni 2016

On 00.25 by anya-(aydwprdnya)   No comments
Raksha Bandhan (Bengali: রাখী বন্ধন Hindi: रक्षा बन्धन) is also called Rakhi Purnima (রাখীপূর্ণিমা) or simply Rakhi or "Rakhri", in many parts of India. The festival is a Hindu festival and is also a secular festival which celebrates the love and duty between brothers and sisters.
(https://en.wikipedia.org/wiki/Raksha_Bandhan)

To My Annoying Brother, From Your Silly Sister
Go find your world!

Kami lahir di bulan yang sama, tahun yang berbeda. Usia kami terpaut tujuh tahun. Aku lebih tua. Zodiak kami berbeda, aku Virgo, ia Libra. Shionya kerbau, aku kuda. Kata ibu, aku harus selalu menjaganya, sudah pasti..ia adik lelakiku satu-satunya.

*   *   *
Bertahun-tahun melihatnya tumbuh sejak masih berwujud bayi berambut kriwil, menjadi anak nakal berpipi bakpao, kemudian ABG manja yang tingginya entah sejak kapan melewati ubun-ubunku. Di mataku ia tetap adik yang sama: menyebalkan, menyusahkan, dan selalu punya alasan untuk membuat hatiku gerah. Mungkin baginya aku pun akan selalu sama: kakak yang cerewet, bawel, cerewet, bawel lagi...begitu seterusnya sampai kiamat. Tapi toh kami tetap saudara sedarah. Kami membagi banyak hal yang sama di luar penggalan gen dari bapak dan ibu; selera humor yang mirip, musik yang kami dengarkan, hingga genre film bajakan. Tapi setelah aku pikir-pikir, kami tidak pernah benar-benar melakukan sesuatu bersama. Sampai aku akhirnya memutuskan melakukan perjalanan berdua dengannya: sis-bro travelhood (tolong jangan bayangkan scene Sisterhood in Traveling Pants). 

Kesempatan itu datang, kami berangkat ke Yogyakarta, berdua saja. Perjalanan kami singkat, namun aku bangga (entah kenapa) karena kami berhasil pergi dan pulang kembali.

Tidak banyak yang berubah, hidup berjalan seperti biasa, hingga kemudian ada masa ketika ia  mengenakan setelan kemeja-jas dan celana bahan untuk kelulusan SMA, dan aku sadar, he is no longer my (our) baby boy. I should stop babysitting him.


Aku tahu adikku bukan penggemar berat tulisanku, bahkan aku ragu ia mengetahui eksistensi blog ini. Justru karena itu mungkin aku memilih menulis disini, alih-alih menjadikan perasaanku ini sebagai bumbu dari kebawelanku yang didengarkannya sambil lalu. Mungkin aku ingin didengar tapi lebih ingin ia menemukan esensi dari tulisan ini dengan sendirinya. Ya, aku memang kakak yang seambigu itu.

========================================================================

Hai Adik,

Aku pernah berdiri di tugu yang kamu pijak hari ini,
Aku menebar permen dan cokelat, yang kupinjam dari Hanzel, demi memastikan matamu awas pada jalur yang pernah aku babat dan lalui. 
Kamu tak harus memunguti segala jejakku itu,
tidak semua orang suka makanan manis.
Tenang saja, siapapun bisa membuka setapak...
bukankah jalan yang terlalu mudah akan membosankan?

Aku sama dengan kenaifan manapun di muka bumi,
Aku memilih senang untuk hari ini, 
dan menyisakan hari esok untuk dirisaukan nanti. Lagi-lagi, nanti kamu akan bosan secara alami.
Kemudian sadar, bahwa senang yang sejati, bukan tentang diri ini sendiri.
Kebahagiaanmu akan dikontrol lewat joystick, semacam yang kamu lakukan dengan RPGmu,
dan segala potion akan kamu dapat dengan membahagiakan orang di sekelilingmu.

[Lewati kecerewetanku tentang beberapa jeda waktu dimana kamu akan begitu rindu ibu, ingin bersandar di punggung bapak, atau sedikit ingin mengganggu kami, kakak-kakakmu.]

Nanti kamu akan tahu,
Ada masa dimana otakmu bingung apakah perih atau sedih
Ada saat dimana kamu kesulitan memilih: memenuhi perutmu atau mengistirahatkan kepalamu.

Akan ada itu, malam-malam yang terlalu sendu, dimana kamu akan menyesali langkah yang lalu. Nikmati gelap yang seperti itu, sepuas hatimu, dengan satu keyakinan saja yaitu esok harinya, kelopak matamu adalah satu-satunya tirai yang menghalangi cahaya. 
Merasa tidak bisa bergerak maju? Seperti ada sebuah batu yang menghalangimu.
Kenapa ragu? Batu itu hanya alat bantu untuk membuat lompatanmu. Dunia ini adalah trampolinmu.  
Hanya sebuah saran dari kakakmu yang selalu konyol ini, melompatlah!

Cium sayangku untukmu.


GO FIND YOUR WORLD!
========================================================================

[Tentu tidak akan ada prosesi mengikat Rakhi kecuali kami memutuskan untuk hijrah ke Nepal]
Aku tidak tahu kapan ia akan benar-benar melarangku mencium pipinya di depan umum. 
Aku tidak yakin bagaimana memberitahunya bahwa namanya aku cantumkan sebagai ahli waris jiwaku, bahwa ia bisa kaya raya bila sesuatu terjadi padaku.

Aku selalu ingat kalimatnya yang mempertanyakanku berkali-kali,
"Beneran dokter bukan?"

Sesungguhnya dalam hati aku juga menjawab berkali-kali,
"Bukan, aku kakakmu, dul!"

(Hanya cara konyol seorang kakak yang ingin mengucapkan betapa sesungguhnya ia bangga adiknya selangkah lebih dekat menjadi sesuatu sesuai dengan yang diinginkannya.)

0 comments:

Posting Komentar