Defect, anomali...and perspective

29 Desember 2014

On 07.08 by anya-(aydwprdnya)   No comments
Sudah malam lagi, menjadikannya genap satu rotasi bumi terlewati.

*status: pinjaman.

Pikiranku tidak begitu ingat kapan terakhir kali tubuh ini merasakan debarnya jantung saat menanti dan desiran samar sedikit di bawah ulu hati. Hingga malam kemarin saat aku merasakannya lagi. Yang mengejutkan bagiku, dua sensasi asing itu tidak hadir seiring dengan pertemuan  mata penuh makna. Tidak pula dengan kontak kulit tak sengaja dan harapan terselubung bahwa salah satu dari kita telah berencana. Tidak keduanya. Tepat malam kemarin, aku hanya seonggok daging tanpa pulasan apapun, menekur di balik selimut, menggenggam ponsel yang aku harap akan segera menderingkan nada yang akan menggandakan kehangatan selimut. Ya, aku tidak ingin membuat pertaruhan yang terlalu besar dengan ‘menjual’ hal-hal cantik (yang senyatanya tidak aku miliki). Tanpa itu, dalam perjudian malam kemarin, aku sudah menang saat ponselku benar berdenting, aku tahu layarnya memunculkan namamu tanpa perlu aku berpaling. Insting.

Sebenarnya aku ingin memperingatkanmu. Namun aku lupa.
Kepribadianku adalah keping mata uang. Pada kedua sisinya, aku mereferensikan diriku pada siang dan malam. Dirimu mengenalku saat siang? Mungkin tidak lagi saat malam memberiku ruang untuk melihat lebih terang. Kala malam, peluang munculnya sisi koin tidak lagi 50:50, satu sisi (yang aku sebut milik malam) mendominasi: gelap yang penuh pertanyaan, riang yang mungkin tak terbantahkan, liar yang terbungkus rapi dalam kepolosan (maaf telah meminjam kata-katamu).

[Aku adalah binar yang hidup dari cerita dan dibesarkan dengan seribu tanda tanya.]

Wajar bila hatimu merasakan asingnya nada-nada sumbangku saat malam. (Sudah jelas, dirimulah yang seharusnya bernyanyi.) Sebenarnya aku ingin memperingatkanmu, namun seperti yang kau tahu, aku ini pelupa. Jadi tolong jangan hentikan jika aku mulai bertanya.

Sejarah, masa lalu. Fisika, kerja dan mimpimu. Biologi, keingintahuanku yang tak tahu malu. Kimia, perasaan yang mati-matian kita emulsi dalam koloid. Apalagi? Dari makanan hingga kegelisahan. Dari mimpi hingga percaturan hati. Dan mungkin dirimu menyimpan pertanyaan yang sama, apa kita akan cukup sampai disini?

Itu dari malam kemarin.
Bila siang, aku tidak akan mengingat perihal malam. Malam kemarin, malam sebelumnya, atau malam malam sebelumnya lagi.
Ah, siang tadi aku sangat merindukan malam. Mari kita ulangi, saling mempertanyakan segala picisan yang terus berputar dan mengulang.

Semoga dirimu belum bosan,

Selamat malam.

0 comments:

Posting Komentar