12 April 2012
Katakanlah tulisan ini semacam lanjutan dari tulisan Neuro: My 1st Lab. Tanpa ada maksud membuat kreasi cerita bersambung, setelah beberapa hari terlewati di neuro, aku yang masuk dengan kepala kosong a.k.a sangat bodoh mulai merasa bahwa
Kata orang bijak, makin banyak belajar makin banyak yang kita tidak ketahui. Kenyataannya yang terjadi padaku, semakin banyak yang aku tahu tidak aku ketahui tapi belum sempat belajar (nah lho!) Yang pasti, yang membuatku sering bengong-bengong, duduk di pojokan, males makan (sesungguhnya tidak selebay itu) adalah pengalaman-pengalaman pertama yang setelah lewat pertama pun masih kagok kulakukan.
1. Stase pertama-->UGD
Sebelumnya, terakhir aku masuk UGD medik adalah untuk mengantar kakakku yang kolaps et causa demam typhoid, UGD bedah adalah untuk eksisi klapus di kaki. Di tengah kebingungan hari pertama paska penerimaan neuro oleh dr.Eka...voila! tiba-tiba aku sudah terlempar ke UGD untuk stase pertama. Perasaanku serasa mengulang lagi pengalaman pertama naik pesawat seorang diri. Entah kenapa analogiku malah tentang naik pesawat terbang sendiri, bingung, takut ditinggal boarding, takut ketinggalan tas, bingung dimana pintu keluar, dan males ke toilet walaupun udah kebelet banget.
Yakh, serasa melengkapi stase UGD pertama, pasien pertama adalah pasien bangkitan yang udah kejang fokal selama 2 jam non stop. Oh my God, that was really made me couldn't think about anything for seconds.
Sebenarnya hanya injeksi Ceftriaxon doang, itupun sudah di skin test oleh senior minggu yang sama-sama stase di UGD. Bagaimanapun, waktu itu aku pikir, suntikan di tanganku bisa saja membunuh seseorang.
4. 1st venous blood sampling
Katanya, hal-hal ecek macam pengambilan darah vena adalah skill wajib seorang dokter. Percobaan pertamaku aku lakukan dengan semangat 45, hati yang dikuatkan, supervisi dari mbok-mbok perawat, dan tangan yang sedikit tremor. Not bad, aku berhasil di pasien pertama, padda tusukan ketiga.
5. 1st (not conditioning) anamnesis
Sebenarnya aku cukup percaya diri dengan kemampuanku bersosialisasi dalam artian berbincang, menginvestigasi, dan melempar bahan diskusi baru dalam forum. Tapi masalah menggali riwayat pasien, aku perlu lebih banyak waktu lagi untuk belajar. Bahkan trial pas OSCE rasanya masih belum cukup. Anamnesis tanpa skenario, anamnesis pasien dengan isi kepala yang tidak akan pernah bisa kita tebak, sujud tengkurep aku mohon dibimbing lagi.
Hyaaaa...akhirnya senjata andalanku terpakai juga:palu refleks...taddaa.... Yah, agak terlalu bersemangat, padahal juga cuma mengulang periksa KPR (Knee Pees Reflex) yang sudah sempat diperiksa residen. Tapi bagaimanapun, pada pemeriksaan KPR-->ketok lutut-->jelas-jelas ada kontraksi dan gerak sendi--> serasa pengen jingkrak-jingkrak, yippiee...see?see? did you see that?
7. Cek tensi (pertama?)
Aku sudah memeriksa tensi bapak yang memang hipertensi beratus-ratus kali di rumah. Tapi kenapa mengukur tekanan darah orang lain aku merasa ada yang tidak benar?
Pertanyaan bodohku adalah:BS itu apa? Yup, blood sugar.
9. First try: ngambil darah arteri [Failed]
Sebenarnya percobaan pengambilan darah arteri sangat tidak disarankan untuk dilakukan oleh pemula seperti aku. Salah-salah arteri pasien bisa pecah, hemorrhaghi lah pasiennya, hematomelah pasiennya. Percobaan pertamaku, pasien ibu-ibu 35 tahun hematome dengan jari-jari 3cm di antecubiti. So sorry, Mam...
Entah kebetulan atau aku mulai dapet feel (ciehh..), pada pasien yang berbeda, pengambilan darah arteri berhasil di tusukan pertama. Percayalah, sangat lega melihat darah merah masuk mengikuti gradien tekanan ke dalam spuit arteri.
11. First follow up
Sudah bukan rahasia kalo lab bedah dateng stase lebih pagi. Follow up pasien pagi-pagi, saat pasien masih ngantuk, sesaat setelah perawat jaga cek vital sign, u'll feel like a boss, even when u just ask a question, "ada keluhan lagi pak?"
12. Morning report
Morning report=laporan pagi. I couldn't make it more obvious.
13. Jaga pertamaku
Jaga pertama serasa mimpi buruk. Tapi jaga sebagai DM sama saja dengan mimpi buruk yang sama berkali-kali, berulang terus sampai kita lupa dimana letak sisi buruknya. Sekarang ini jaga kesekiankalinya, bagiku sama seperti mimpi-mimpi lainnya, hanya saja terkadang tanpa tidur :p
14. First mortality
Sebenarnya pasien interna, tapi karena interna ada tepat di sebelah neuro, dengan satu ruang yang sama...plus ikut terlibat dalam resusitasi pasien apneu pertamaku...saat pasien +, aku tidak bisa mendeskripsikan kesedihanku.
Aku tahu akan ada semakin banyak pertama yang dapat memperpanjang list di atas. Sampai aku mengingatnya lagi, aku rasa aku akan jauh lebih siap.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Search
Popular Posts
-
Akhir-akhir ini aku sering sulit tidur (bukan cuma akhir-akhir ini saja sih..). Mengisi jam-jam sulit tidur, jadilah yang aku lakukan adalah...
-
“Seseorang dapat menyempatkan diri mengunjungi Meksiko Utara dan bersedia menunggu 20 tahun demi melihat sekuntum Queen Victoria Agave me...
-
Raksha Bandhan (Bengali: রাখী বন্ধন Hindi: रक्षा बन्धन) is also called Rakhi Purnima (রাখীপূর্ণিমা) or simply Rakhi or "Rakhri"...
-
Aku tidak seindah itu hingga mematrikan deretan milestones demi menandai setiap checkpoint dalam hidupku. Mungkin bila aku melakukannya, sua...
-
Hari kemarin musik saya mati, saya sedih karena saya pikir saya tidak akan bisa menikmatinya lagi. Tapi ia meninggalkan sebuah kotak, da...
Recent Posts
Categories
- [EARGASM]
- 30Hari Bercerita
- Ahmad Wahib
- Aktivitas
- Bahasa
- Barcelona
- Birokrasi
- BYEE
- Cerita Dari Negeri Lain
- Co-ass
- Easy-Aci Exploring the World
- Event
- Ex-Berliner
- Family
- Fiksi Tapi Bukan
- Friendship
- Germany
- Golden October
- Inspirasi
- Japan
- Jerman
- Journey to the West
- Karya
- KKM
- Koas
- Kontemplasi
- Menulis Random
- Movie
- Puisi
- Quality Time
- Refleksi
- Romansa
- Serba-serbi
- Song of the Day
- Sweet Escape
- T World
- Tragedy
- Travel
- Trip
- Tulisan
- Urip Iku Urup
0 comments:
Posting Komentar