12 September 2017
Berapa banyak musim yang pergi?
Apakah lebih banyak dari musim yang berganti?
Ini bukan pertama, garis lintang sesak dilintasi rasa tanpa kata
Sebaliknya, huruf dan simbol saling menikahi, mengikrar janji berusaha hidup menolak mati
Kemudian, apa arti dingin yang gugur pada setapak yang tak habis dipunguti?
Penanda hari ini adalah musim yang berganti,
Ada terang dan benci bertabrakan di udara,
paralel di lintasan yang sama, gersang dan sepi menyapa sekadarnya.
Tak ada lupa, tak ada sisa
Tak lagi luka, tak pula jeda.
Musim memang mengenali masanya,
Demi kios-kios yang serentak membuka jendela.
Juga demi harga yang ditawarkan pada warna. Juga rupa. Juga mata. Juga pelintas bumi yang menguap setelah titik koma.
Seharusnya dimulai sebuah cerita,
namun bunga-bunga habis sebelum senja. Bahkan kaktus-kaktus muda tandas bersama durinya.
Panggung harus dilipat ulang.
Pencerita masih enggan pulang.
Gelap menolak datang.
Langit malam tak akan lekat dengan gaung parau kereta tua.
berjodoh dengan angin adalah tiupan-tiupan mesra (seharusnya dimaklumi oleh semua insan yang gemar berkeliaran)
Sungguh, ini perayaan kecil tanpa sampai jumpa.
Dan bagi satu merpati yang mencintai remah-remah roti,
Satu musim sepertinya tak akan kembali.
A.
Search
Popular Posts
-
Hari kemarin, ia memperkarakan tentang bahagia. Bahkan debu jalanan pun tidak menjawabnya. Apakah memang tak bisa? * * * Di ...
Recent Posts
Categories
- [EARGASM]
- 30Hari Bercerita
- Ahmad Wahib
- Aktivitas
- Bahasa
- Barcelona
- Birokrasi
- BYEE
- Cerita Dari Negeri Lain
- Co-ass
- Easy-Aci Exploring the World
- Event
- Ex-Berliner
- Family
- Fiksi Tapi Bukan
- Friendship
- Germany
- Golden October
- Inspirasi
- Japan
- Jerman
- Journey to the West
- Karya
- KKM
- Koas
- Kontemplasi
- Menulis Random
- Movie
- Puisi
- Quality Time
- Refleksi
- Romansa
- Serba-serbi
- Song of the Day
- Sweet Escape
- T World
- Tragedy
- Travel
- Trip
- Tulisan
- Urip Iku Urup
0 comments:
Posting Komentar