10 September 2016
Aku selalu menyukai September. Sejak lama, September selalu menyisipkan hal-hal baik untuk terjadi dalam salah satu atau dua dari tiga puluh hari di dalamnya. Bisa aku katakan di sini, hal terhebat pertama yang dihadiahkan oleh September dalam hidupku adalah tidak tertukarnya aku sesaat setelah aku dilahirkan. Aku sangat bersyukur untuk itu. Selanjutnya, September tidak pernah absen menawarkan kebahagiaan. Seperti penanggal yang umum dipercaya dimulai pada Januari, bagiku, tahun baru adalah pada bulan September. Segala rencana (yang menurutku) hebat, pencapaian yang aku rasa pantas untuk dirayakan, mimpi-mimpi besar, sama seperti aku, lahir di bulan September. Selalu, hingga kita tiba di tahun ini.
Untuk pertama kalinya, September belum memberi tanda untuk sebuah euforia.
* * *
Entah kupelajari dari mana, sejak kecil aku memiliki pemahaman dalam otakku bahwa ketika aku menemukan uang secara kebetulan, dan ingin memungutnya, maka aku harus menukarnya dengan nominal yang lebih kecil. Misalnya, lembaran sepuluh ribu ditukar dengan logam seratus rupiah, letakkan tepat di titik yang sama. Kekanak-kanakanku kala itu mengartikan si logam penukar sebagai harga beli kebahagiaan yang aku rasakan saat menemukan uang (See? Harga kebahagiaan masa kecilku sedemikian murahnya). Seorang teman penggemar fisika menyebutnya sebagai kekekalan energi. Tidak ada penambahan dan pengurangan di semesta ini, yang ada hanya wujud yang berganti dan kemunculan yang tidak pasti. Kalau aku ingin memperpanjang masalah ini maka akan aku coba menjabarkannya dengan dasar ilmu probabilitas. Namun aku sedang tak ingin. Maka kita kembali saja pada perubahan-perubahan acak yang terjadi di muka bumi.
Karena aku sudah kehilangan kekanak-kanakan yang sungguh aku rindukan, persona dewasa muda berumur dua puluh enam ini justru bermain analogi dengan jejak karbon (baca: carbon footprint), dan belakangan hari lebih nyaman menjelaskan (pada diri sendiri) segala fenomena dengan jabaran Tat Twam Asi. September ini mungkin tidak begitu ramah padaku, namun aku masih bisa menawarkan September terbaik yang orang lain bisa miliki.
Akhir Pekan dan Boboiboy Game Card
Khilaf karena merasa dicurangi September berimbas pada afek keseharian kita. Benar, karenanya jangan main-main dengan September. Kejanggalan yang terjadi bisa berupa jatuh cinta pada hari kerja, mengusir akhir minggu agar segera lalu, dan mengutuk tanggal merah dan segala cuti bersama. Hari kerja memberi harapan, memberi spasi menunggu yang maknanya bisa diperdebatkan, makna yang susut ketika matahari Jumat lengser perlahan. Kemudian malam minggu, kemudian Minggu, keduanya tetap memaksa untuk ditunggu namun memuaikan waktu dalam ilusi yang buntu. Aku seperti kehilangan harapan pada kedua hari itu. Kini semua pekerja Senin-Jumat(Sabtu) akan mulai menyumpahiku.
Hanya memikirkan keegoisanku saja sudah membuatku merasa hina. Siang ini aku sedikit mengubahnya.
Aku sedang membeli makan siang yang terlalu sore di warung depan rumah kost. Sembari menunggu, aku menelaah setiap pengunjung yang juga datang ke warung. Baiklah, alih-alih menelaah, katakan saja aku memberi sedikit konteks sosial pada khayalan soliter yang mulai kehabisan wadah. Hingga datang seorang anak berusia sekitar enam atau tujuh tahun. Anak itu membeli satu Choki-choki yang ternyata sedang dijual dengan promosi kartu bermain edisi Boboiboy. Setiap membeli satu Choki-choki akan diganjar dengan sebuah kartu bermain dengan sistem blind. Mengingatkan aku pada Forest Gump dan sekotak cokelatnya. Aku sangat mengerti perasaan anak itu. Sebagai ex pengumpul banyak seri kartu bergambar hingga tazos, mendapat kartu dengan gambar yang sama adalah petaka. Nah, anak tersebut membeli satu Choki-choki sehingga berhak atas satu kartu acak. Jantungku keluar dari ritme sinus sesaat ketika anak itu mengambil dua kartu. Mungkin napasku terlalu dekat atau ia merasakan pandanganku hingga ia menoleh, dan mata kami bertemu. Dan jatuh cinta. Dan tamat. *ups.
"Eh, kok dua... ", ujarnya perlahan, dan mengembalikan satu kartu ke tempatnya semula seiring dengan senyumku yang semakin lebar. Ketika semua pesanan makananku rampung, anak itu masih di warung itu. Aku membayar semua barang yang aku beli dengan menambahkan dua ekstra Choki-choki. Aku tidak berencana mengambil kartu Boboiboy (hey! Masaku sudah lewat.) Tiba-tiba, si anak menghampiriku, "Tante, dapat kartu apa?". "Tante nggak ambil kartunya, Sayang. Tolong diambilkan ya.. "."Ini, Tante, dapatnya dua kartu."."Untuk Adik aja ya.. Dibagi juga sama temannya." Saat aku menoleh ke belakang, kulihat ia sedang menyodorkan sebuah kartu (yang aku yakini dengan gambar yang paling tidak ia suka) pada seorang anak lain.
1. Aku merasa turut andil menggelitik bibit kejujuran pada anak itu.
2. Aku memberi sedikit rasa senang dengan menyumbang tambahan koleksi kartu
3. Aku menyentil sedikit rasa ingin berbagi paling tidak serupa dengan yang aku miliki.
4. Aku tidak marah walaupun anak tersebut memanggilku tante.
Begitulah hal terbaik yang terjadi padaku hari ini.
Hai Anak Penggemar Boboiboy, semoga September selalu ceria untukmu.
Hai, keegoisan yang membuatku hina, pada setiap kemunculanmu aku akan mulai tertawa. Tertawa sekerasnya sampai keluar airmata. Tiba-tiba, aku begitu saja ingin menjemputmu pulang, tertawa bersama sembari membahas dan menganalisa episode-episode drama Korea dengan Lee Seung Gi di dalamnya.
Masih ada dua puluh hari lagi di bulan ini.
Search
Popular Posts
-
Akhir-akhir ini aku sering sulit tidur (bukan cuma akhir-akhir ini saja sih..). Mengisi jam-jam sulit tidur, jadilah yang aku lakukan adalah...
-
“Seseorang dapat menyempatkan diri mengunjungi Meksiko Utara dan bersedia menunggu 20 tahun demi melihat sekuntum Queen Victoria Agave me...
-
Raksha Bandhan (Bengali: রাখী বন্ধন Hindi: रक्षा बन्धन) is also called Rakhi Purnima (রাখীপূর্ণিমা) or simply Rakhi or "Rakhri"...
-
Aku tidak seindah itu hingga mematrikan deretan milestones demi menandai setiap checkpoint dalam hidupku. Mungkin bila aku melakukannya, sua...
-
Hari kemarin musik saya mati, saya sedih karena saya pikir saya tidak akan bisa menikmatinya lagi. Tapi ia meninggalkan sebuah kotak, da...
Recent Posts
Categories
- [EARGASM]
- 30Hari Bercerita
- Ahmad Wahib
- Aktivitas
- Bahasa
- Barcelona
- Birokrasi
- BYEE
- Cerita Dari Negeri Lain
- Co-ass
- Easy-Aci Exploring the World
- Event
- Ex-Berliner
- Family
- Fiksi Tapi Bukan
- Friendship
- Germany
- Golden October
- Inspirasi
- Japan
- Jerman
- Journey to the West
- Karya
- KKM
- Koas
- Kontemplasi
- Menulis Random
- Movie
- Puisi
- Quality Time
- Refleksi
- Romansa
- Serba-serbi
- Song of the Day
- Sweet Escape
- T World
- Tragedy
- Travel
- Trip
- Tulisan
- Urip Iku Urup
0 comments:
Posting Komentar